proposal skripsi
Proposal Penelitian
Terapi Psikospiritual dalam penyembuhan Psikosis
Oleh :
Mohamad
Amarudin
NIM :2004046034
Jurusan: Tassawuf dan
Psikoterapi
TASAWUF DAN PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDIN DANHUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2023
Lembar Pengesahan
Assalamu'alaikum
wr.wb
Setelah kami mengadakan koreksi dan perbaikan
seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah proposal skripsi saudara:
Nama : Mohamad Amarudin
NIM : 2004046034
Fakultas : Ushuluddin dan Humaniora
Jurusan : Tasawuf dan Psikoterapi
Judul Skripsi : Terapi psikospiritual dalam penyembuhan
psikosis
Dengan ini saya selaku
pembimbing skripsi mengesahkannya. Atas perhatiannya terima kasih.
Wassalamu‟alaikum
wr.wb
Pembimbing
Fitriyati S.Psi., M.Si.
NIP:19690725 2005012 002
1.
Latar
Belakang Masalah
Dalam
Kehidupan seringkali kita mendengar kata gangguan mental yang dimasa pandemi
covid-19 menjadi hak yang diperhatikan karena selain dari kesehatan fisik,
kesehatan mental tak kalah penting karena walaupun tidak bisa dilihat dengan
mudah perlu adanya sebuah tes Psikologi untuk mengetahuinya serta individu yang
berkompeten pada bidang tersebut.
Seperti
Halnya dengan suatu bangunan jika ada yang tidak baik perlu diperbaiki sama
dengan halnya mental yang perlu dirawat agar kita sehat baik fisik dan psikis
sehingga dalam menjalani kehidupan penuh dengan semangat dan gembira yang
berbanding terbalik dengan penderita gangguan mental seperti
Depresi,Skizofernia maupun psikosis yang terlihat lebih murung dan sedih karena
penyebab tertentu yang ada dipikirannya.
Isu kesehatan mental di masa pandemic covid-19 sangat
menjadi perhatian semua orang karena beberapa kasus seperti cemas berlebihan,stress,
gangguan stress pasca trauma, depresi, xenophobia (ketakutan terhadap orang dari
negara lain yang mereka nilai dapat membahayakan keselamatannya),serta
permasalahan kesehatan mental lainnya dengan dampak yang paling dirasakan pada
perempuan, anak dan remaja serta lanjut usia.
Sehingga pada masa pandemi COVID-19 terdapat begitu
banyak stressor atau stimulus yang dapat menyebabkan stress. Stressor ini
menyebabkan seseorang menjadi lebih waspada. Jika stressor dinilai
membahayakan, akan muncul mekanisme pertahanan diri (Vibriyanti, 2020).
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan
memiliki arti berupa keadaan sempurna, baik fisik, mental, ataupun sosial yang
bukan hanya terbebas dari penyakit, kelemahan, atau cacat. Sedangkan dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 yang berisi tentang Kesehatan menyatakan
bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dengan demikian,
kesehatan mental adalah kesehatan yang dimiliki oleh seseorang yang dimiliki
pada keadaan yang dialami seseorang. Jika peristiwa itu menyenangkan maka
kesehatan mental akan terjaga dengan baik, tetapi jika peristiwa itu tidak
menyenangkan bahkan sampai memunculkan trauma maka kesehatan mental akan
terganggu. Kesehatan Mental mengacu pada bagaimana untuk berpikir, merasakan
dan hidup setiap hari Kehidupan dan bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri
diri sendiri dan orang lain serta sebagai seseorang Evaluasi solusi alternatif
yang berbeda dan bagaimana untuk membuat keputusan tentang situasi
masing-masing (Josef 2011).
Menurut Kementerian Kesehatan RI merilis data terbaru
tentang penderita penyakit mental di Indonesia selama kurun waktu 2020-2021.
Data terbaru menyatakan bahwa penderita gangguan mental meningkat sebesar 6%.
Psikosis merupakan masalah kesehatan mental yang
mempengaruhi sebagian besar individu, setidaknya 2 atau 3 % individu akan
mengalami episode psikotik pada beberapa tahap dalam kehidupannya (EPPIC, 2011;
Compton & Broussard, 2009; Martens & Baker, 2009). Di DKI Jakarta sendiri,
7% dari populasi kota tersebut atau sekitar 700 ribu jiwa mengidap gangguan
jiwa jenis Skizofrenia,Depresi dan lainnya sehingga menjadi catatan penting isu
kesehatan mental yang harus segera penanganan khusus.
Dalam
DSM 5, psikosis diidentifikasi sebagai penyakit yang terjadi pada spektrum
schizoid dan skizofrenia, yang menentukan tingkat keparahan gangguan yang
diderita. Juga psikosis menjadi salah satu dari banyak dimensi gangguan neuropsikiatri,
termasuk perilaku gangguan psikomotorik, kognitif dan emosional yang abnormal.
Halusinasi dan delusi adalah efek yang berasal dari sistem saraf, yang menerima
dan memproses informasi yang dikirim ke penderita Gangguan ini mengalami
kehilangan realitas (Arciniegas, 2015). Dalam Psikoterapi dikenal
beberapa terapi yang digunakan seperti Cognitif Analitic Therapy, Adapting cognitive behavioural therapy dan
sebagainya.
Terapi psikospiritual ialah bersifat
kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material.
Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna hidup
dan tujuan hidup. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan
kesehatan dan kesejahteraan seseorang[1].
Psikospiritual berkaitan dengan hubungan antara
spiritualitas dan pikiran dan dalam psikospiritual jiwa yang sehat bersumber
dari dari akhlak terpuji, sebaliknya jiwa yang sakit bersumber dari akhlak
tercela dengan kesempurnaan kebahagiaan jiwa bisa diperoleh melalui
spiritualisasi Islam[2].
Hal ini tentunya terapi psikospiritual yang
disandarkan pada agama Islam. Menariknya bahwa salah satu definisi tentang
psikologi Islam, yaitu membicarakan tentang aspek kejiwaan manusia. Di antara
bagian dari aspek-aspek kejiwaan tersebut, yakni: al rûh, al nafs, al qalb, al
dhamîr, al fuâd, al lubb dan lain sebagainya[3].
Terapi psikospiritual bertujuan dengan usaha menangani
persoalan psikologis dengan mengintegrasikan pendekatan psikologis dan
pendekatan spiritual.Terapi psikospiritual merupakan layanan psikoterapi/konseling
psikologi yang memperhatikan dan memanfaatkan nilai, iman, dan spiritual untuk
perubahan dan pertumbuhannya. Jika seseorang sudah mencapai titik tertinggi
dalam spiritualnya, maka dia akan merasa bebas, dan tenteram dalam hidupnya[4].Dan
usaha penyembuhan atau terapinya biasanya dihubungkan dengan aspek keyakinan
masing-masing[5]
Urgensi penelitian ini ialah dimana terapi psikoterapi
di psikologi belum semuanya bisa menyembuhkan penyakit mental sehingga terapi
psikospiritual menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian sebagai salah satu
terapi mengatasi gangguan mental dengan fokus pada kesadaran (consiouness)
bahwa diri kita memiliki penyembuh dalam diri yang belum terjelaskan secara
rinci pada psikologi tetapi sudah diimplementasikan pada ilmu tassawuf yaitu
dengan terapi psikospiritual. Walaupun dalam kalangan masyarakat umum belum
terlalu familiar dengan terapi psikospiritual, tetapi dengan beberapa
penelitian tentang psikospiritual membuktikan bahwa efektivitas terapi tersebut
cukup besar seperti penyembuhan pada penderita skizofernia dan lainnya.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dinamakan Psikosis?
2. Bagaimana
Efektivitas Terapi psikospiritual dalam penyembuhan Psikosis?
3. Bagaimana
Peran terapi Psikospiritual dalam menyembuhkan psikosis?
3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
a)
Untuk menganalisis bagaimana efektivitas Terapi Psikospiritual dalam
penyembuhan Psikosis
b) Untuk mengetahui Terapi psikospiritual
dalam menyembuhkan psikosis
Manfaat yang dapat
diperoleh dari hasil penelitian ini sebagai berikut:
a) Manfaat
teoritis
1) Penelitian
ini bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan informasi serta wawasan pengetahuan
di bidang ilmu tasawuf khsususnya pada terapi psikospiritual yang menjadi
pengobatan para Sufi dalam menyembuhkan penyakit pada tubuh serta hatinya.
2) Sebagai
pengetahuan terapi Psikospiritual dalam menyembuhkan Psikosis.
3) Sebagai
acuan atau bahan pertimbangan dari penelitian sejenis yang sedang dikerjakan
oleh peneliti lain.
b) Manfaat
praktis:
1) Penelitian
ini mampu memberikan gambaran tentang terapi Psikospiritual dalam menyembuhkan
penyakit psikosis.
2) Penelitian
ini mampu diterima dan dijadikan bahas refrensi serta pertimbangan bagi para pelaku
spiritualis.
3) Mampu
memberikan gambaran yang utuh tentang analisis terapi psikosporitual dalam
menyembuhkan psikosis yang menjadi treatment pada gangguan mental selain dari
psikoterapi serta efektivitasnya dalam proses penyembuhan psikosis.
4. Metodologi Penelitian
1) Pendekatan
dan Jenis Penelitian
Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif, yaitu penelitian non hipotesis, sehingga dalam langkah
penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis[6].
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, berdasarkan jenisnya
penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang memiliki karakteristik bahwa
datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya dengan
tidak diubah dalam bentuk-bentuk simbol ataupun bilangan[7].
Penelitian
ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar variable yang berkenaan
dengan masalah dan unit yang ada; tidak dimaksudkan untuk menarik generasi yang
menjelaskan variable-variabel yang menyebabkan suatu gejala atau kenyataan
sosial. Hal ini didasarkan pada tujuan penelitian deskriptif itu sendiri, yaitu
melukiskan keadaan obyek atau persoalannya dan tidak dimaksudkan untuk menarik/mengambil
kesimpulan yang berlaku umum. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran utuh dan terstruktur mengenai Penyembuhan psikosis di
tengah masyarakat.
2) Lokasi
Penelitian
Untuk mendapatkan data
berupa bukti dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di Panti
Rehabilitasi Sosial Maunatul Mubarok di Kabupaten Demak.
3) Data
Data adalah sekumpulan
informasi yang akan dikumpulkan untuk kemudian dianalisa. Data penelitian
terbagi menjadi dua jenis yakni:
a. Data primer yang
didefinisikan sebagai informasi utama yang berhubungan dengan penelitian[8].
b. Data sekunder memiliki
pengertian sebagai informasi yang mendukung data utama namun tidak termasuk
dalam kelompok data yang akan dianalisa[9].
Data diperoleh dari
sesuatu yang dapat memberikan informasi atau juga disebut dengan istilah sumber
data. Klasifikasi sumber data dapat dibedakan menjadi dua dengan definisi
sebagai berikut:
a. Sumber primer, yakni
segala sesuatu baik orang (people), kertas atau catatan (paper) maupun lokasi
tempat atau benda-benda (place) yang berhubungan dengan informasi primer dan
darinya diperoleh data (informasi) primer[10].
b. Sumber sekunder adalah
informan atau segala sesuatu yang memberikan informasi terkait dengan data yang
diperlukan dalam penelitian namun tidak memiliki hubungan langsung (sebagai
pelaku) dengan fenomena yang menjadi objek penelitian ini[11].
Data
yang akan dianalisa dalam penelitian ini adalah data utama (data primer) yakni
data yang berhubungan dengan Terapi Psikospiritual dalam penyembuhan Psikosis.
Secara spesifik, data yang masuk dalam kategori data primer adalah data
narasumber atau responden yang terkait dengan psikosis. Data yang termasuk
dalam data sekunder dalam penelitian ini adalah semua yang mendukung data
primer. Seperti dokumentasi, penelitian yang lain, dan juga penelitian tentang
Psikosis.
4) Teknik
Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data penelitihan kualitatif dilakukan secara sirkuler[12].
Sesuai dengan prosedur tersebut maka strategi pengumpulan data dilakuka dengan
menggunakan beberapa pendekatan yaitu: Pertama: wawancara mandalam (indepth
interview), kedua: pengamatan peran serta (participant observasion), dan yang
ketiga: dokumentasi. Sesuai dengan data yang diperoleh dalam penelitian ini,
metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.Metode observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan
data-data melalui pengamatan berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan
yang berupa data dari proses wawancara atau studi kasus dengan mengamati baik
dari lingkungan ataupun pengamatan secara sembunyi-sembunyi untuk keperluan
penelitian. Dalam hal ini, peneliti mengamati lingkungan sosial seorang individu
agar memahami Proses Terapi Psikospiritual dalam penyembuhan pasien Psikosis.
b, Metode Interview
Wawancara atau interview adalah suatu
bentuk komunikasi verbal yaitu semacam percakapan yang bertujuan memperoleh
informasi. Wawancara merupakan percakapan langsung dan tatap muka (face to
face) dengan maksud tertentu, dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara (interviewee)
yang memberi jawaban atas pertanyaan itu[13].
Dalam penelitian ini,
wawancara akan dilakukan secara terstruktur yakni peneliti telah menyiapkan
instrument peneliti berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif.
Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama,
dan pengumpul data mencatatnya. Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data dari responden.
c. Metode dokumentasi
dokumentasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisi dokumen-dokumen,
baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Studi dokumentasi tidak sekedar
mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan tentang
sejumlah dokumen, namun yang dilaporkan adalah hasil analisis terhadap
dokumen-dokumen tersebut.
5) Teknik
Analisis Data
Supaya data yang dikumpulkan dari
lapangan mempunyai arti dan bermakna, maka dianalisis dengan Triangulasi.
Tringaulasi data mengacu pada pengunaan proses uji validasi dari
data kualitatif (Wawancara, Obervasi, Focus Group Discussion). Triangulasi mengacu pada penggunaan beberapa
metode atau sumber data dalam penelitian kualitatif untuk mengembangkan
pemahaman fenomena yang komprehensif (Patton, 1999). Triangulasi juga dipandang
sebagai strategi penelitian kualitatif untuk menguji validitas melalui
konvergensi informasi dari berbagai sumber.
Denzin (1978) dan Patton (1999) mengidentifikasi empat jenis
triangulasi: (a) triangulasi metode, (b) triangulasi antar peneliti, (c)
triangulasi teori, dan (d) triangulasi sumber data.
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang
dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan
dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti
dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika
didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut
pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang
handal. Karena itu, triangulasi ialah
usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari
berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias
yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.
Dalam berbagai
karyanya, Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan
atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling
terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep
Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang.
Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu: (1)Triangulasi metode, (2)Triangulasi
antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), (3) Triangulasi
sumber data, dan (4) triangulasi teori.
[1]
Aliah B and Purwakanta Hasan, Psikologi Perkembangan Islami (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2006), 288.
[2]
Yahya Jaya, Spiritualisasi
Islam Dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian Dan Kesehatan Mental (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1994), 70
[3] M. Zainal Abidin, Psikologi
Profetik: Dalam Kacamata Filsafat Ilmu Studi Pemikiran KH Hamdani Bakran Adz
Dzakiey (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2013), 18.
[4] Sumadi Suryabrata, Psikologi
Kepribadian (Bandung: Rajawali Pers, 1983), 91.
[5] H. Ramayulis, Psikologi Agama
(Jakarta, 2004), 133.
[6] Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: n Rineka
Cipta, 2002), hlm. 245
[7] Hadari Nawawi, Penelitian Terapan (Jakarta:
Gadjah Mada University Press, 1994), hlm.
[8]
Iskandar, Metodologi
Penelitian Kualitatif, Jakarta: GP. Press, 2009, hlm. 117-118.
[9] Ibid., hlm. 118-119.
[10] Lexy
J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2002,
hlm. 11.
[11] Ibid
[12] Nasution, S., Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif (Surabaya: FKIP, 1988), hlm. 27
[13]
Suharsimi Arikunto, Prosuder
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta 2002), hlm. 132.
Comments
Post a Comment