Komunitas Relawan Kemanusiaan
Mohamad
Amarudin
MMohamad Amarudin
Mahasiswa
Tassawuf dan Psikoterapi
Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora
Universitas
Islam Negeri (UIN)) Walisongo Semarang
E-mail:
mohamadamarudin22@gmail.com
Nomor:
082328751357
Abstrak - Pada tahun 2022, banjir Rob setinggi 30cm-1,5 meter terjadi di Tanjung Emas, Semarang karena
tanggul jebol . Aktor yang berperan di dalamnya adalah sukarelawan PMI kota Semarang,
Korps Sukarela PMI unit Universitas di Semarang dan Tenaga Sukarela PMI Kota
Semarang yang terorganisir dengan baik untuk mengatasi banjir Rob yang menjadi
bencana langganan di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif dengan metode kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi peran relawan pada tanggap darurat
bencana banjir di Tanjung Emas dan menganalisis efektivitas perannya dari tiga
aspek yaitu kemampuan, pengetahuan dan motivasi. Hasil dari penelitian ini,
pertama, faktor internal dan faktor eksternal merupakan faktor pendukung dalam
mempengaruhi peran relawan pada penanganan banjir di Tanjung Emas tahun 2022
yaitu Semangat kaum muda sebagai relawan, seperti sifat-sifat yang berempati
kepada korban bencana, ingin diakui, dihargai, dipercayai dan mendapatkan
pengalaman baru untuk eksistensinya dan karakter ini diinginkan oleh para kaum remaja
untuk mendapatkan kesempatan dalam mengasah keterampilan, ilmu pengetahuan dan berorganisasi,
maka para relawan tersebut perlu ditampung dalam wadah organisasi dan bila diorganisir
dengan baik, mereka dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dalam penanggulangan
bencana serta dapat menangani kendala yang dihadapi. Kedua, peran para relawan pada
tanggap darurat banjir rob Tanjung Emas Semarang tahun 2022 cukup efektif dalam
melaksanakan penyelamatan korban manusia yang didukung oleh adanya kemampuan
teknis para sukarelawan PMI kota Semarang. Kemampuan konseptual dan kemampuan sosial
para relawan kemanusian cukup efektif dalam penanganan bencana Tanggap darurat;
Pengetahuan tentang penanggulangan bencana para relawan diperoleh dari
pelatihan dan pengalaman; dan motivasi yang positif untuk menolong,mendapatkan
ilmu pengetahuan dan pengalaman serta dapat bermanfaat bagi korban terdampak
yang mengerahkan seluruh keterampilan, tenaga dan waktu untuk penyelamatan
korban.
Kata Kunci: Efektivitas, Peran Relawan Banjir,
Penyelamatan.
Pendahuluan
Bencana alam telah
menjadi bagian dari kehidupan manusia yang datang tanpa diduga kapan, dimana
dan bagaimana terjadinya serta menjadi ancaman nirmiliter bagi setiap negara.
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi setiap tahun di
Indonesia, khususnya di Semarang. Banjir yang terjadi membentuk suatu peristiwa
yang berkala atau periodisasi dalam waktu 100 tahun, 50 tahun, 20 tahun, 10
tahun dan sekarang telah menjadi siklus 5 tahunan. BPBD Kota Semarang yang
menyebutkan banjir Rob di daerah Semarang pada tahun 2022 lebih besar
dibandingkan tahun sebelumnya. Hujan yang mengguyur menjadi salah satu penyebabnya
selain dari Banjir Besar didaerah Terboyo
tahun 2021 sekitar 3 hari baru bisa surut dengan upaya berbagai pihak
baik PMI,BPBD, Badan Sar dan lain sebagainya.
LAPORAN
SITUASI PMI KOTA
SEMARANG
Kejadian
Bencana |
Banjir
rob |
Lokasi |
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. |
Waktu
Kejadian |
Senin, 23 Mei 2022 pukul 14.00 WIB |
Update |
Senin, 23 Mei 2022 pukul 16.30 WIB |
|
|
Pemerintah membutuhkan
dukungan internasional |
:
TIDAK |
|
Gambaran Umum Situasi |
Pada hari Senin tanggal 23 Mei 2022 pukul 14.00 bertempat di Kawasan Lamicitra Pelabuhan Tg
Emas Semarang telah terjadi tanggul jebol penahan air laut yang mengakibatkan
banjir di Kawasan Pelabuhan Tg Emas Semarang. Adapun penyebab tanggul jebol
diakibatkan rob yang besar sehingga tanggul penahan air laut di kawasan
Lamicitra tidak mampu menahan air laut yg cukup besar. Posko PMI Kota Semarang mendapatkan informasi
tersebut dari beberapa sumber grup, kemudian menugaskan 2 Personil dengan 1
unit mobil guna assesment. |
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
Keterangan Akses menuju Lokasi |
Akses menuju lokasi hanya dapat dilalui
menggunakan perahu karet dan mobil roda 4 (off road) karena ketinggian banjir
|
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
DAMPAK |
DAMPAK |
||||||||||||
JenisLapsit : Tanggal : 23-05-2022 |
Lapsit-Awal
|
|
|||||||||||
KorbanTerdampak |
|
||||||||||||
KK |
- |
||||||||||||
Jiwa |
- |
||||||||||||
|
|||||||||||||
KorbanJiwa/Luka/Mengungsi |
|
||||||||||||
Luka
berat
|
- |
|
|||||||||||
Luka
ringan
|
- |
|
|||||||||||
Meninggal
|
- |
|
|||||||||||
Hilang
|
- |
|
|||||||||||
Mengungsi |
-
|
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
Kerusakan Rumah |
|
||||||||||||
Rusak
Berat
|
- |
|
|||||||||||
Rusak
Sedang
|
- |
|
|||||||||||
Rusak
Ringan
|
- |
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
Kerusakan Fasilitas Sosial/Umum |
|
||||||||||||
Sekolah
|
- |
|
|||||||||||
Tempat
Ibadah
|
- |
|
|||||||||||
Rumah
Sakit
|
- |
|
|||||||||||
Pasar
|
- |
|
|||||||||||
GedungPemerintah
|
- |
|
|||||||||||
Lain-lain
|
- |
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
Kerusakaninfrastruktur
|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
Pengungsian |
|
||||||||||||
NamaLokasi,
Kel, Kec |
KK |
Jiwa |
L |
P |
<5 |
>5≤18 |
>18 |
Jumlah |
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
||||||||||||
MobilisasiSumberDaya PMI |
Personil |
|
|||||||||||
|
Lapsit-Awal |
|
|||||||||||
Pengurus
|
- |
|
|||||||||||
StafMarkasKab/Kota
|
1 |
|
|||||||||||
StafMarkasProvinsi
|
- |
|
|||||||||||
StafMarkasPusat
|
- |
|
|||||||||||
Relawan
PMI Kab/Kota
|
1 |
|
|||||||||||
Relawan
PMI Provinsi
|
- |
|
|||||||||||
Relawan
lintas Provinsi
|
- |
|
|||||||||||
SukarelawanSpesialis |
- |
|
|||||||||||
PersonilBantuanTeknis/Ahli/Spesialis (TSR) |
|
||||||||||||
Medis |
- |
|
|||||||||||
Paramedis |
- |
|
|||||||||||
Relief |
-
|
|
|||||||||||
Logistics |
-
|
|
|||||||||||
Watsan |
-
|
|
|||||||||||
IT-Telekom |
-
|
||||||||||||
Sheltering |
-
|
|
|||||||||||
AlatUtamaSistim TDB |
|
||||||||||||
Kend.
Ops
|
1 |
|
|||||||||||
|
|||||||||||||
Truk
tanki
|
- |
|
|||||||||||
Double
Cabin
|
- |
|
|||||||||||
Alat
DU
|
- |
|
|||||||||||
Ambulans
|
- |
|
|||||||||||
Alat
Watsan
|
|
|
|||||||||||
Motor
|
- |
|
|||||||||||
Alat
PKDD
|
|
|
|||||||||||
Gudang lapangan
|
|
|
|||||||||||
|
|||||||||||||
Alat
IT/Tel lapangan
|
- |
|
|||||||||||
Perahu
Karet
|
- |
||||||||||||
|
Viar
|
- |
|||||||||||
|
|
||||||||||||
|
|
||||||||||||
Giat PMI |
Rapid Assesment |
||||||||||||
|
|
||||||||||||
Giat Pemerintah |
BPBD
(Pemantauan dan Evakuasi)
|
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
Kebutuhan |
Evakuasi
warga terdampak |
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
Hambatan |
Nihil
|
||||||||||||
|
|
||||||||||||
Personil yang bisa
dihubungi
|
NamaLengkap |
Posisi |
Kontak |
||||||||||
Sri Djatmiko |
Ka. Sub Bid. PB |
0813 2947 7887 |
|||||||||||
Ahmad Habib |
Staf PB |
0852 9056 5156 |
|||||||||||
|
|
|
|||||||||||
|
Petugas Posko |
NamaLengkap |
Kontak |
Hafshah
Lailatul Iffat |
0822
4351 4849 |
|
Ilham
Febrianto |
0896
6837 3717 |
Pada umumnya dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana tidak efektif dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya koordinasi yang masih lemah, tidak adanya pedoman
atau SOP, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dan keterbatasan
sarana dan prasarana serta peralatan yang mendukung. Isu-Isu relawan di
lapangan dalam penanggulangan bencana antara lain munculnya egosentris antar
organisasi induk relawan, meningkatnya relawan yang tidak terorganisir dan
tidak terampil serta lemahnya pemahaman peran relawan penanggulangan bencana,
antara lain pengkajian cepat terhadap lokasi, pencarian, penyelamatan dan
evakuasi warga masyarakat yang terkena bencana, penyediaan dapur umum,
pemenuhan kebutuhan dasar, penyediaan tempat pengungsian atau hunian sementara,
pendampingan psikososial korban bencana dan kegiatan lain terkait kedaruratan .
Oleh karena itu peneliti memilih lokasi penelitian di Tanjung Emas, Semarang yang
disebabkan oleh banyaknya organisasi sosial masyarakat yang membantu dalam
pemberitaan di media massa sehingga peneliti ingin mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi perannya dan apakah relawan dari dua organisasi yang diteliti
melakukan perannya sangat efektif, cukup efektif atau kurang efektif dalam
penanggulangan bencana banjir tahun 2022.
Permasalahan yang dihadapi para relawan dalam
menangani bencana banjir Jakarta antara lain relawan tidak dibekali peralatan
yang mencukupi dan dalam menjalankan perannya belum dilengkapi SOP yang cukup
sehingga perannya dalam penyelamatan korban bencana seperti evakuasi,
distribusi makanan dan masalah penanganan kesehatan yang tidak lancar
disebabkan kurang tenaga professional di bidang kesehatan ataupun obat-obatan
yang kurang mendukung dan dukungan logistik serta peralatan yang tidak tepat
pada tempatnya, jumlah, kebutuhan dan sasaran berdasarkan skala prioritas
sehingga peran relawan dalam manajemen logistik belum maksimal dilakukannya.
Efektivitas sistem logistik dan peralatan ini sangat dipengaruhi oleh sistem
informasi dan pengendaliannya yang didukung oleh antara lain kemampuan
infrastruktur dan ketersediaan serta jumlah alat transportasi .
Adapun untuk pembahasan penelitian ini, peneliti
mengidentifikasi permasalahan melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh faktor internal dan faktor
eksternal terhadap peran relawan penanggulangan bencana pada tanggap darurat
banjir di wilayah Semarang tahun 2022?
2. Bagaimanakah efektivitas peran relawan
penanggulangan bencana pada tanggap darurat banjir Semarang dalam rangka
penyelamatan korban manusia di Tanjung Emas tahun 2022?
Penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan yaitu:
1. Menganalisis faktor internal dan faktor eksternal
yang mempengaruhi peran relawan penanggulangan bencana pada tanggap darurat
banjir di wilayah Semarang 2022.
2. Menganalisis efektivitas peran relawan
penanggulangan bencana pada tanggap darurat banjir Semarang dalam rangka
penyelamatan korban manusia di Tanjung Emas tahun 2022.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara mendalam dan studi dokumen. Penelitian ini menggunakan teknik
analisis data yang dikembangkan oleh Miles, Huberman dan Saldafia (2014), yang
terdiri dari kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
verifikasi data . Data primer diperoleh dari hasil metode wawancara dari para
informan dan narasumber yang menjadi subyek penelitian. Data sekunder yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara atau dari sumbersumber
yang sudah ada. Data sekunder yang diperlukan adalah data terkait banjir Rob
Tanjung Emas Semarang, data jumlah korban yang terdampak dan mengungsi, data
organisasi yang mengerahkan relawannya pada saat banjir terjadi, data jumlah
relawan yang terjun langsung ke lapangan wilayah Jakarta dan kegiatan apa saja
yang mereka lakukan pada saat itu sehingga peran relawan penanggulangan bencana
dapat melakukan penyelamatan korban manusia. Data-data tersebut dapat diperoleh
dari jurnal, artikel, buku-buku dan data lain yang relevan melalui BNPB,
organisasi relawan yang terkait dan BPBD Semarang, sedangkan untuk referensi
bacaan akan didapatkan dari perpustakaan dan internet.
Hasil dan Pembahasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Peran Relawan Penanggulangan Bencana Pada Tanggap Darurat Banjir di wilayah Tanjung
Emas Semarang 2022 Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana8 . Penanggulangan bencana
merupakan tanggung jawab bersama, tidak hanya pemerintah tetapi dunia usaha dan
masyarakat dapat berperan dalam berbagai bentuk kerelawanan dalam membantu
pemerintah dan pemerintah daerah. Peneliti fokus pada masyarakat yang bergabung
pada organisasi relawan penanggulangan bencana, yaitu PMI Kota Semarang
(Markas), Korps Suka Rela PMI Unit Universitas Di Semarang danTenaga Sukarela
PMI Kota Semarang. Berikut pembahasan faktor internal dan faktor eksternal yang
menjadi modal utama relawan penanggulangan bencana dari kedua organisasi
relawan dalam melakukan perannya pada tanggap darurat banjir di wilayah Tanjung
Emas Semarang Tahun 2022:
·
Faktor Internal Faktor internal berasal dari dalam diri seseorang yang dapat
mempengaruhi 8 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. keaktifan seseorang untuk berperan pada suatu kegiatan, dalam hal ini
adalah penanggulangan bencana. Berdasarkan penuturan para informan yang telah
diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa faktor-faktor internal tersebut
meliputi:
Kekuatan
1) Niat atau Intensi Niat atau Intensi merupakan awal
dari suatu keinginan untuk bertindak. Pada konteks bencana, tiga orang informan
mengatakan niat mereka yang menjadikan mereka sebagai relawan sehingga mereka
turut serta dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana bersama pemerintah.
Hal ini menjadi dasar mereka berperan untuk membantu dan menolong dalam rangka
penyelamatan korban bencana banjir di wilayah Tanjung Emas 2022.Terkait teori
intensi dari Wijaya, 2008, intensi adalah kesungguhan niat seseorang untuk
melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu . Pada teori
planned behavior dari Fishbein dan Ajsen, 1985 diyakini bahwa faktor-faktor
seperti sikap, norma subjektif akan membentuk minat seseorang dan selanjutnya akan
berpengaruh pada perilaku. Oleh karena itu, seseorang memiliki niat atau
intensi akan sesuatu pasti disebabkan antara lain karena keinginan untuk
terlibat dalam kegiatan kemanusiaan, kesempatan untuk menyalurkan minat, bakat
dan hobi sehingga dapat mengerjakan yang disukai.
Menurut Ajzen (1991), intensi atau niat diasumsikan
menangkap faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. Faktor-faktor
itu adalah seberapa keras orang bersedia berusaha, seberapa banyak upaya yang
direncanakan untuk dikerahkan dalam berperilaku. Semakin kuat intensi untuk
terlibat dalam suatu perilaku, maka semakin besar kemungkinan kinerjanya .
Intensi atau niat dalam penetian ini bahwa relawan penanggulangan bencana
memandang melakukan sesuatu perbuatan itu positif dan mereka percaya bahwa
orang lain membutuhkan mereka untuk melakukan Burhanudin, “Aplikasi Theory Of
Planned Behavior Pada Intensi Mahasiswa Untuk Berwirausaha”, Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, Vol. 6, No.1. 2015. perannya dalam penanganan darurat. Jadi niat dari
seorang relawan atas kemauan sendiri atau tanpa paksaan untuk melaksanakan
penanggulangan bencana untuk mencapai tujuan penyelamatan korban manusia dari
bencana. Hal ini dirasakan oleh masyarakat di wilayah Tanjung Emas Semarang,
dengan adanya relawan penanggulangan bencana sangat bermanfaat dalam
penyelamatan korban terdampak (Bapak Didik, komunikasi personal,2022).
2) Usia
Pada umumnya relawan penanggulangan bencana dari kedua
organisasi relawan yang diwawancarai telah berusia lebih dari 20 tahun dan
dibawah usia 60 tahun pada tahun 2014. Suheri mengatakan dalam berperan pada
penanggulangan bencana, usia mempengaruhi dalam bertindak. Semakin muda usia
relawan maka semakin labil atau mudah goyah seseorang melakukan tindakan dan
berkomitmen dalam penanggulangan bencana ini yang dapat membahayakan bagi
relawan tersebut (komunikasi personal, 19 Januari 2017). Euis Komalasari juga
mendukung pernyataan dari Suheri bahwa relawan PMI yang berusia muda (PMR)
biasanya diperbantukan pada pekerjaan yang sederhana dan ringan, antara lain
membungkus makanan siap saji di dapur umum dan membantu persiapan alat bermain
pada saat PSP. KSR di PMI dibatasi maksimal umur sampai dengan 35 tahun (Bapak
Didik, komunikasi personal,2022).
Idris mengatakan bahwa banyak para relawan
penanggulangan bencana saat itu masih relatif muda seperti orang yang sedang
kuliah pada semester akhir. Sedangkan koordinatornya pasti lebih tua dari
mereka (Bapak Didik, komunikasi personal,2022). Selain itu, Renawati pernah
berbincang-bincang dengan salah satu relawan di tempat pengungsian. Salah satu
alasan berkeinginan menjadi relawan adalah karena relawan tersebut masih
berusia muda dan tenaganya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kemanusiaan
serta beliau berusaha berkomitmen pada organisasi yang menaunginya (Bapak Didik,
komunikasi personal,2022). Wade dan Tavris (2007), usia sangat erat kaitannya
dengan perkembangan individu namun tingkatan usia belum tentu menandakan
tingkat perkembangan individu . Usia berpengaruh pada peran seorang relawan
penanggulangan bencana. Biasanya seseorang memiliki minat dan berkomitmen
sebagai relawan beranjak pada usia lebih dari 20 tahun, karena pada masa itu
sudah mantap dan stabil serta mempunyai pendirian tertentu. Hal ini beberapa
relawan MDMC,MRI yang bergabung pada usia lebih dari 20 tahun dan mereka
biasanya menjelang akhir semester, sehingga mereka meluangkan waktunya untuk hal-hal
positif dan mencoba langsung terlibat dalam bidang penanggulangan bencana
meskipun belum mempunyai atau mempunyai sedikit pengalaman (Bapak Didik,
komunikasi personal,2022). Goolsby (1992) menjelaskan bahwa kedewasaan
seseorang dapat dilihat dari usia seseorang yang merupakan salah satu faktor
yang akan mempengaruhi kemampuan, pengetahuan, tanggungjawab seseorang dalam
bertindak, berpikir serta mengambil keputusan karena terbiasa menghadapi
persoalan yang muncul ditempat kerja, sehingga mereka lebih mampu melakukan
adaptasi dengan permasalahan yang muncul . Oleh karena itu, pengambilan
keputusan cenderung lebih efektif ketimbang pekerja yang berusia muda.
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa usia relawan diatas 20 tahun sudah
dapat menentukan jati diri dan berkomitmen pada organisasinya dan usia sebagai
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peran relawan penanggulangan bencana.
3) Waktu Pengelolaan waktu merupakan hal sangat
penting. Time Management adalah tindakan dan proses perencanaan dan pelaksanaan
kontrol sadar atas sejumlah waktu yang akan digunakan untuk aktivitas tertentu,
khususnya untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan produktivitas. Waktu
adalah sumber daya yang pasti namun dengan mudah bisa berlalu tanpa bisa
kembali untuk digunakan pada kesempatan berikutnya . Berdasarkan penuturan dari
4 informan yang menyatakan bahwa meluangkan waktu untuk kegiatan positif
merupakan kesempatan yang bernilai dan tidak semua orang dapat merasakan hal
yang sama, namun dengan meluangkan waktu untuk penanggulangan bencana berkaitan
dengan pekerjaan atau mata pencaharian dari relawan tersebut. Informan yang
menyebutkan memiliki waktu luang merupakan mahasiswa semester akhir dan
pengurus organisasi relawan sehingga waktunya dapat dipergunakan sesuai dengan
tujuan yang berkaitan murni dari diri sendiri. Para relawan rela dengan
meluangkan waktunya agar dapat berperan lebih efektif untuk penanganan darurat
dalam rangka penyelamatan korban bencana.
4) Jenis Kelamin
Peneliti menganalisis dari wawancara para informan,
rata-rata relawan penanggulangan bencana yang bekerja dengan membutuhkan tenaga
ekstra, yaitu berjenis kelamin pria, seperti evakuasi, memasak pada dapur umum,
tim ambulan dan pendistribusian logistik, namun bukan berarti relawan wanita
tidak dapat melakukan apa yang dilakukan relawan pria tersebut. Adapun relawan
wanita yang membantu di dapur umum untuk memasak ataupun menyiapkan bumbu
masakan, mendistribusikan bantuan dan tim medis tetapi tidak sarankan untuk
evakuasi. Anny Isgiati mengatakan bahwa relawan untuk evakuasi adalah pria,
jarang sekali tim evakuasi relawannya wanita karena membutuhkan tenaga yang
kuat. Jadi jenis kelamin merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perannya
dijalankan dengan baik atau tidak (komunikasi personal, 4 Januari 2017).
Setelah melihat dari uraian di atas, faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
peran relawan adalah komitmen dengan organisasi relawan dan kenyamanan pada
pihak manajemen, ikhlas dan bertanggung jawab dan mendapatkan kepercayaan
sehingga adanya loyalitas terhadap penanganan darurat serta memiliki
pengetahuan penanggulangan bencana dan keterampilan dapat mendukung perannya.
Kelemahan Kelemahan dari
masing-masing relawan yang dapat mempengaruhi perannya adalah mudah terbawa
dengan suasana, tidak fokus pada sekitarnya, memilih teman dalam pelaksanaan
tugasnya sebagai relawan dan insomnia sehingga dapat mengganggu tingkat
keaktifan relawan tersebut. Pada umumnya relawan tidak memiliki Alat Pelindung
Diri atau APD dan hanya memiliki tenaga, keterampilan dan pengetahuan.
Ketidakmampuan memiliki APD dapat membahayakan dirinya. Kelemahan lainnya
adalah faktor ketidakmampuan dalam ekonomi yang menyebabkan pertolongan kepada
para korban kurang maksimal. Hal ini didukung oleh Alfando (2013) yang menyatakan
bahwa tidak adanya penunjang dana untuk melakukan aktifitas relawan menjadi
suatu masalah yang mengakibatkan peran relawan tidak efektif atau tidak
dilakukan secara maksimal. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki relawan tersebut
dapat dikendalikan karena mereka bertanggung jawab atas perannya sebagai
relawan penanggulangan bencana. Hal ini dapat diartikan relawan rela atau
ikhlas dalam mengorbankan nyawanya sendiri.
·
Faktor Eksternal
Penuturan para informan faktor eksternal berupa
peluang dan kendala yang mempengaruhi perannya pada saat banjir rob di wilayah Tanjung
Emas 2022adalah para relawan memperoleh peluang mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat, semakin banyak bantuan yang diberikan ke organisasinya semakin
banyak bantuan yang diberikan ke para korban bencana dan peluang mendapatkan
jaringan yang luas Anny Isgiati mengatakan peluang untuk relawan dari kejadian
bencana yaitu para relawan dapat mengasah keterampilan, menambah ilmu
pengetahuan dan mereka mendapatkan pengalaman baru selama terlibat dalam
penanganan banjir. Menurut Euis Komalasari peluang yang dapat diberikan oleh
organisasi yang menaungi adalah pelatihan yang berjenjang dan mendapatkan
kesempatan untuk berkarir.
Sedangkan kendala-kendala
yang dihadapi para relawan adalah terkadang peralatan dan perlengkapan yang
tidak lengkap pada evakuasi, masyarakat yang sulit untuk dievakuasi sehingga
akan menyulitkan para sukarelawan apabila terjadinya kenaikan air yang semakin
tinggi dan arus yang deras untuk mengevakuasi warga yang sulit dievakuasi
tersebut atau mendistribusikan makanan ke rumahrumah warga tersebut, komando
yang terkadang tidak sama antara komandan relawan dan komandan di lapangan
sehingga menyebabkan para relawan sering mengalami kebingungan dan sulitnya
koordinasi karena tidak dihargainya seorang relawan oleh pihak-pihak tertentu.
Mekanisme koordinasi yang masih belum sempurna sehingga masih adanya keegoisan
antar organisasi relawan.
Menurut Sunarti, faktor eksternal yang mempengaruhi
peran serta relawan berasal dari semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai
pengaruh terhadap program (penanggulangan bencana). Pengaruh disini merupakan
kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh stakeholder atas program sehingga
para relawan memperoleh peluang kekuatan dari stakeholder, yaitu organisasi
induknya. Kendala - kendala yang dihadapi juga berasal dari luar lingkungan
yang sulit dikendalikan oleh relawan itu sendiri sehingga berpengaruh juga
terhadap perannya.
Peran Relawan Penanggulangan Bencana Pada Tanggap
Darurat Banjir Rob Tanjung Emas Semarang 2022
Berdasarkan penuturan
dari para informan, dapat disimpulkan bahwa peran relawan PMI Kota Semarang sesuai
dengan keterampilan atau spesialisasi yang dibutuhkan pada saat banjir rob Semarang,
khususnya di Tanjung Emas Semarang dengan menjalankan kewajibannya sesuai
dengan aturan yang berlaku dan mendapatkan haknya meskipun tidak semua hak
dapat diperoleh namun mereka mampu berperan dengan baik. Peran mereka
dibutuhkan dalam penanganan bencana sehingga dapat mencapai tujuan organisasi
yang diharapkan terutama dalam rangka penyelamatan korban manusia dan para
relawan memperoleh apresiasi dari organisasinya dan masyarakat. Gugus Tugas sukarelawan
PMI Kota Semarang adalah tim evakuasi, ambulan atau tim medis, dapur umum,
logistik dan pendistribusian, shelter atau tempat pengungsian dan psychosocial
support (PSP).
Uraian peran relawan dari kedua organisasi, pada
umumnya korban manusia pada saat banjir membutuhkan pertolongan sehingga para
relawan melakukan perannya SAR atau evakuasi. Pada pengevakuasian, para korban
langsung diarahkan ke tempat yang lebih aman (pengungsian), disinilah para
relawan mendata para korban, baik data keluarga, kebutuhan maupun kesehatan.
Setelah diketahui kebutuhan dasar untuk para korban maka peran relawan logistik
dapat mendistribusikan logistiknya ke titik-titik pengungsian. Jika para korban
mengalami keluhan kesehatan maka relawan medis melakukan pertolongan dan
relawan psikososial memberikan bantuan kepada korban yang mengalami
kesulitan-kesulitan emosional dan perilaku sebagai akibat dari bencana, agar
dapat menguasai diri kembali dan berfungsi secara mandiri untuk memenuhi
kebutuhan hidup dasar.
Efektivitas Peran Relawan Penanggulangan Bencana Pada
Tanggap Darurat Banjir di Tanjung Emas Tahun 2022 Berdasarkan penuturan para
informan yang telah diuraikan, menunjukkan bahwa informan menyadari bahwa peran
relawan merupakan aktor yang dibutuhkan untuk membantu pemerintah dalam
penanggulangan bencana. Peran relawan telah dibahas pada pembahasan yang
menghasilkan bahwa mereka berperan sesuai dengan tugasnya masing-masing, namun
apakah peran mereka efektif atau tidak maka diketahui terlebih dahulu arti
efektivitas menurut Handoko, yaitu kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat
atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
menurut Gibson, mendefinisikan efektivitas sebagai pencapaian sasaran yang
telah disepakati atas usaha bersama.
Peneliti menggunakan teori dari Habe (2008) dalam
mengukur efektivitas pada peran relawan penanggulangan bencana, yaitu kemampuan
dan pengetahuan serta 1 variabel motivasi kerja yang juga mempengaruhi
efektivitas kerja dari teori Gie. Berikut ini 3 variabel yang mempengaruhi
efektivitas peran relawan penanggulangan bencana pada tanggap darurat banjir di
wilayah Tanjung Emas Semarang dalam penyelamatan korban manusia di Tahun 2022.
Kemampuan Kemampuan dari seorang relawan dapat
diketahui oleh dirinya sendiri dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai suatu
tujuan. Pernyataan tersebut dapat dikaitkan dengan pendapat dari Robbins dan
Judge (2008) bahwa kemampuan merupakan suatu kapasitas individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan yang dimiliki oleh
relawan PMI Kota Semarang berawal dari minat mereka, sehingga organisasinya
memberikan perintah atau tugas sesuai dengan minatnya. Oleh karena itu para
relawan dapat menjalankan tugasnya dengan senang hati tanpa ada beban dan dapat
mencapai tujuan organisasinya., mereka dapat melakukan beberapa tugas untuk
membantu korban yang terdampak walaupun relawan yang terlibat tidak terlalu
banyak namun tetap memiliki tujuan yang sama.
Sebagian besar informan mengaku tugas yang mereka
laksanakan bermanfaat bagi masyarakat yang terdampak bencana dengan berarti
usaha mereka berhasil. Menurut para informan keberhasilan disebabkan karena
dilaksanakan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan setiap
tugasnya. Seperti kemampuan kerja menurut Blanchard dan Hersey, yaitu suatu
keadaan diri pekerja secara sungguh-sungguh berdaya guna dan berhasil guna
dalam bekerja sesuai bidang pekerjaannya dan beberapa indikator yang
mempengaruhi kemampuan kerja, yakni kemampuan teknis, kemampuan konseptual dan
kemampuan sosial . Indikator tersebut dapat dipahami oleh sebagian besar para
relawan, namun pada prakteknya, kegiatan penanggulangan bencana tidak dapat
diimplementasikan secara keseluruhan karena kenyataannya terdapat
kendala-kendala yang dihadapi dari sarana-prasarana sampai dengan berhadapan
dengan masyarakat. Berkaitan dengan kemampuan pada pelaksanaan tugas dalam
penanggulangan bencana, para relawan selalu berusaha agar dapat. mencapai
tujuan organisasi dengan cepat dan tepat sasaran.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan alami
dari minat dan pengalaman para relawan mempengaruhi efektivitas dalam suatu
peran karena mereka menyelesaikan pekerjaan cepat dan tepat sasaran dengan
menggunakan sumber daya yang dimiliki suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi, yaitu penyelamatan korban manusia pada bencana banjir di wilayah
Tanjung Emas tahun 2022. Dengan demikian, menurut peneliti relawan PMI Kota Semarang,
Korps Suka Rela Universitas Di Semarang dan Tenaga Suka Rela PMI Kota Semarang
melaksanakan perannya sesuai dengan bidangnya sehingga mereka lebih mampu dalam
penguasaan peralatan, prosedur kerja dan memahami peraturan tugasnya
dibandingkan relawan yang berperan dengan banyak tugas tetapi mereka tidak
fokus dan kurang terarah pada tugasnya yang dikarenakan kendala pada sedikitnya
SDM dan peralatan yang kurang memadai dan mencukupi.
Pengetahuan Pengetahuan dapat diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang maka akan berpengaruh yang kuat terhadap kualitas kemampuan yang
dihasilkan dalam bertugas sehingga tujuan organisasi dapat tercapai . Hasil
penelitian yang telah dilakukan mempunyai hasil yang sejalan dengan penelitian
dari Putra, dkk (2014) dimana hasil yang diperoleh menyatakan bahwa pengetahuan
didapat oleh para relawan melalui pendidikan dan pelatihan yang difasilitasi
oleh PMI Kota Semarang, namun pengalaman yang dimiliki para relawannya belum
banyak, karena mereka dilihat dari segi usia masih muda dan bergabung sebagai
relawan belum lama (2 sampai 5 tahun) dan loyalitasnya setelah lulus yang
sering melupakan janjinya setelah dilantik. (Penuturan Pak Wo,Koordinator
Instruktur Korps Sukarela PMI Kota Semarang).
Pengetahuan yang mereka peroleh dari pengalaman yang
dialami oleh para relawan pada bencana sebelumnya, sehingga pengalaman dapat
dijadikan mereka sebagai pengetahuan untuk berperan pada penanggulangan
bencana.. Selain pengalaman pada saat turun ke lapangan, mereka mendapatkan
pengetahuan dengan membaca dan berbagi pengalaman (Sharing) dengan
teman-temannya yang membantu dalam bidang kemanusiaan. Pengalaman bekerja yang
dimiliki seseorang terkadang lebih dihargai daripada tingkat pendidikan yang
menjulang tinggi dan pengalaman juga cukup penting dalam sebuah pekerjaan yang
membutuhkan keahlian, kecakapan dan inisiatif dalam berkreasi sehingga
menghasilkan jasa lebih baik dilihat dari kualitas dan kuantitasnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diungkapkan
sebelumnya, bahwa pengetahuan merupakan salah satu indikator untuk mencapai
suatu tujuan. Menurut Wandita, dkk (2014) bahwa seseorang yang melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki akan memberikan hasil yang
lebih baik daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai
akan tugasnya24. Begitu juga dengan pendidikan, pelatihan dan pengalaman dari
para relawan penanggulangan bencana dari kedua organisasi relawan tersebut
dapat memberikan kontribusi yang cukup efektif untuk mencapai hasil yang baik.
·
Motivasi
Motivasi berawal dari keinginan untuk mempengaruhi
perilaku seseorang. Motivasi kerja yang tinggi berpengaruh pada alokasi usaha yang
diberikan oleh seseorang untuk bekerja. Dalam hal ini, seseorang yang memiliki
motivasi kerja lebih tinggi akan melakukan usaha-usaha dengan intensitas lebih
tinggi untuk menyelesaikan setiap pekerjaannya. Menurut Morrison (1993),
motivasi sebagai kecenderungan seseorang melibatkan diri dalam kegiatan yang
mengarah sasaran. Begitu pula motif para relawan penanggulangan bencana, mereka
melakukan kegiatan penanganan bencana berdasarkan motif masing-masing yang
telah dijelaskan pada analisis motivasi. Mereka tentunya melibatkan diri dalam
kegiatan penanggulangan bencana yang mengarah pada sasaran untuk menolong dan
menyelamatkan korban yang terdampak banjir di wilayah Tanjung Emas Semarang
2022.
Motif para relawan dalam penanganan bencana banjir ini
sebagai daya dorong dengan ikhlas dan rela untuk mengerahkan kemampuannya
berupa keterampilan, tenaga dan waktu dalam bentuk berbagai kegiatan
penanggulangan bencana yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan
kewajibannya dalam rangka penyelamatan korban manusia dari bencana banjir di
wilayah Tanjung Emas Semarang 2022. Adanya motif untuk melibatkan diri dalam
penanganan bencana dapat berintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai
kepuasan dari motivasi mereka, sehingga mereka dapat bekerja dengan cukup
efektif.
Dalam
Penutatannya di Pendidikan Lapangan Korps Sukarela, Pak Wo seringkali bertanya
kepada para Kaisar,Senior dan pengurus mengapa banyak yang setalah lulus dari
perkuliahan mulai melupakan tugasnya untuk mengabdi kembali di PMI Kota
Semarang sebagai pengamalan dari ilmu yang didapatkannya saat pendidkan latihan
Search and Rescue yang hingga saat ini masih dianalisa serta penurunan prestasi
dari Korps Sukarela Di semua Universitas Semarang.
Dari
analisis saya salah satunya yang menyebabkan penuruan dari kualitas anggota
Korps sukarela diantaranya karenanya kurangnya pemahaman dari anggota yang
belum pernah ikut palang merah remaja di MA/SMA/SMK sehingga kita dalam
memberikan pelatihan harus lebih ekstra padahal dalam korsp sukarela ialah
praktek dari materi palang merah remaja yang lebih lagi baik dari materinya
maupun prakteknya hingga akhirnya banyak yang kaget dan memundurkan diri secara
perlahan sebelum mengamalkan ilmunya dimasyarakat yang membutuhkannya.(Analisis
wawancara pada 7 November 2022 dengan Pak Wo).
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait
efektivitas peran relawan penanggulangan bencana pada tanggap darurat banjir Tanjung
Emas Semarang dalam rangka penyelamatan korban manusia tahun 2022 dapat
disimpulkan, bahwa:
1. Faktor internal dan faktor eksternal merupakan
faktor pendukung dalam mempengaruhi peran relawan pada penanganan banjir di Tanjung
Emas tahun 2022 yang dimiliki oleh kaum muda pada relawan, seperti sifat-sifat
yang berempati kepada korban bencana, ingin diakui, dihargai, dipercayai dan
mendapatkan pengalaman baru untuk eksistensinya dan pada kenyataannya karakter
ini diinginkan oleh para kaum remaja pada relawan untuk mendapatkan kesempatan
dalam mengasah keterampilan, menambah ilmu pengetahuan dan berorganisasi, maka
para relawan tersebut perlu ditampung dalam wadah organisasi dan apabila
diorganisir atau dihimpun dengan baik, mereka dapat menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat dalam penanggulangan bencana serta dapat menangani kendala-kendala
yang dihadapi.
2. Peran relawan penanggulangan bencana pada tanggap
darurat banjir di Tanjung Emas Semarang 2022cukup efektif dalam melaksanakan
penyelamatan korban manusia yang didukung oleh adanya: a. Kemampuan: kemampuan
teknis para sukarelawan PMI kota Semarang, Korps Sukarela universitas Di
Semarang dan Tenaga Suka rela PMI Kota Semarang. karena terkendala pada
pemahaman SOP dan peralatan yang tidak mencukupi. Sedangkan kemampuan
konseptual yang mampu memahami tujuan organisasi dan kemampuan sosial yang
mampu bekerjasama dengan baik antar tim dan organisasi lain sehingga para
relawan dari kedua organisasi cukup efektif dalam penanganan darurat.
b. Pengetahuan: pengetahuan tentang penanggulangan
bencana para relawan diperoleh dari pelatihan dan pengalaman untuk mendukung
atau menunjang dalam pelaksanaan perannya. c. Motivasi: motivasi yang positif
untuk menolong, mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman serta dapat
bermanfaat bagi korban terdampak yang mengerahkan seluruh keterampilan, tenaga
dan waktu untuk penyelamatan korban. Ketiga aspek tersebut masih terdapat
beberapa kendala yang perlu diperhatikan dan diperbaiki agar peran relawan
dapat meningkatkan efektivitasnya dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Dalam sebuah program pelayan terutama dalam lingkup komunitas
mengacu pada beberapa hal seperti hal yang tercantum dalam buku psikologi
komunitas karya Dr.Istiqomah Wibwobo, yaitu mengutamakan prinsip pencegahan, menghargai
keberagaman, menganalisa program yang tepat, dan sebagainya.
Tetapi dalam relawan juga
ada assesement yang berpengaruh dalam kita menganalisisa apa yang dibutuhkan
dalam sebuah bencana alam seperti halnya bencana alam didaerah Semarang yang
sering terjadi dimusim penghujan yaitu banjir. Dalam menolong sendiri relawan
terikat pada undang-undang nomor 1 tahun 2018 yang terdiri dari 46 pasal
sebagai landasan hokum yang sah dari presiden Republik Indonesia dan AD/ART KSR
UIN Walisongo sendiri sebagai landasan hukum ketika berada dalam kampus sebagai
perwakilan PMI Kota Semarang.
Dalam pelatihan dasarnya
sendiri selalu ditekankan pada 3 Kunci Keselamatan yaitu berpikir Positif, atur
nafas dan Konsentrasi yang selalu dipraktekan dalam bertugas sebab kita akan
selalu mendapatkan tekanan yang bisa mengubah mental penolong dan yang utama
yaitu keselamatan penolong nomor satu karena jika penolong tidak sehat
(selamat) maka bagaimana dia mau menolong orang yang membutuhkan bantuannya.
Daftar
Pustaka Buku
Lembaga
Penanggulangan Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2012. Pedoman Struktur,
Organisasi dan Mekanisme Kerja Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah
(Muhammadiyah Disaster Management Center). Yogyakarta: LPB PP Muhammadiyah.
Miles, Matthew B, Huberman, A. Michael dan Saldafia,
Johnny. 2014. Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. Third Edition.
USA: Sage Publication Inc.
Sakethi,
Team Mirah. 2010. Mengapa Semarang langganan Banjir Rob? Pengendalian Banjir
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Semarang: PT Mirah Sakethi
Jurnal,
Dokumen dan Artikel Alfando, Johantan. 2013. Peranan Kelompok Informasi
Masyarakat (KIM) Dalam Mewujudkan Desa Mandiri Di Desa Sidomulyo Kec. Anggana
Kutai Kartanegara. eJournal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No. 2. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Tengah 2022. Rencana Kontijensi
Bencana Banjir Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Badan Nasional Penanggulangan
Bencana. 2022. Peran Relawan Penanggulangan Bencana. Paparan Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat di Bengkulu. Burhanudin. 2015. Aplikasi Theory Of
Planned Behavior Pada Intensi Mahasiswa Untuk Berwirausaha. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, Vol. 6, No.1. Departemen Hukum dan HAM RI. UndangUndang
RepublikIndonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Farida,
Ida dan Mahmud. 2015. Pengaruh Theory Planned Of Behavior Terhadap Intensi
Berwirausaha Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa FEB Universitas Dian Nuswantoro
Semarang). Jurnal Ilmiah STIE MDP, Vol. 5, No.1.
Famella,
Sri Wahyu Lelly Hana Setyanti dan Mufidah, Ana. 2015. Pengaruh Keterampilan
Kerja, Pengalaman Kerja dan Sikap Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Perusahaan Rokok Gagak Hitam Kabupaten Bondowoso. Artikel Ilmiah Mahasiswa
2015.
Website
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Semarang. 2022. Rekapitulasi
Kejadian Banjir Semarang http://bpbd.jakarta.go.id. 25 mei 2022
Wawancara
dengan Pak Wo tanggal 7 November 2022 sebagai Koordinator Instruktur PMI kota
Semarang dirumahnya Kendal.ahasiswa
Tassawuf dan Psikoterapi
Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora
Universitas
Islam Negeri (UIN)) Walisongo Semarang
E-mail:
mohamadamarudin22@gmail.com
Nomor:
082328751357
Abstrak - Pada tahun 2022, banjir Rob setinggi 30cm-1,5 meter terjadi di Tanjung Emas, Semarang karena
tanggul jebol . Aktor yang berperan di dalamnya adalah sukarelawan PMI kota Semarang,
Korps Sukarela PMI unit Universitas di Semarang dan Tenaga Sukarela PMI Kota
Semarang yang terorganisir dengan baik untuk mengatasi banjir Rob yang menjadi
bencana langganan di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif dengan metode kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi peran relawan pada tanggap darurat
bencana banjir di Tanjung Emas dan menganalisis efektivitas perannya dari tiga
aspek yaitu kemampuan, pengetahuan dan motivasi. Hasil dari penelitian ini,
pertama, faktor internal dan faktor eksternal merupakan faktor pendukung dalam
mempengaruhi peran relawan pada penanganan banjir di Tanjung Emas tahun 2022
yaitu Semangat kaum muda sebagai relawan, seperti sifat-sifat yang berempati
kepada korban bencana, ingin diakui, dihargai, dipercayai dan mendapatkan
pengalaman baru untuk eksistensinya dan karakter ini diinginkan oleh para kaum remaja
untuk mendapatkan kesempatan dalam mengasah keterampilan, ilmu pengetahuan dan berorganisasi,
maka para relawan tersebut perlu ditampung dalam wadah organisasi dan bila diorganisir
dengan baik, mereka dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dalam penanggulangan
bencana serta dapat menangani kendala yang dihadapi. Kedua, peran para relawan pada
tanggap darurat banjir rob Tanjung Emas Semarang tahun 2022 cukup efektif dalam
melaksanakan penyelamatan korban manusia yang didukung oleh adanya kemampuan
teknis para sukarelawan PMI kota Semarang. Kemampuan konseptual dan kemampuan sosial
para relawan kemanusian cukup efektif dalam penanganan bencana Tanggap darurat;
Pengetahuan tentang penanggulangan bencana para relawan diperoleh dari
pelatihan dan pengalaman; dan motivasi yang positif untuk menolong,mendapatkan
ilmu pengetahuan dan pengalaman serta dapat bermanfaat bagi korban terdampak
yang mengerahkan seluruh keterampilan, tenaga dan waktu untuk penyelamatan
korban.
Kata Kunci: Efektivitas, Peran Relawan Banjir,
Penyelamatan.
Pendahuluan
Bencana alam telah
menjadi bagian dari kehidupan manusia yang datang tanpa diduga kapan, dimana
dan bagaimana terjadinya serta menjadi ancaman nirmiliter bagi setiap negara.
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi setiap tahun di
Indonesia, khususnya di Semarang. Banjir yang terjadi membentuk suatu peristiwa
yang berkala atau periodisasi dalam waktu 100 tahun, 50 tahun, 20 tahun, 10
tahun dan sekarang telah menjadi siklus 5 tahunan. BPBD Kota Semarang yang
menyebutkan banjir Rob di daerah Semarang pada tahun 2022 lebih besar
dibandingkan tahun sebelumnya. Hujan yang mengguyur menjadi salah satu penyebabnya
selain dari Banjir Besar didaerah Terboyo
tahun 2021 sekitar 3 hari baru bisa surut dengan upaya berbagai pihak
baik PMI,BPBD, Badan Sar dan lain sebagainya.
LAPORAN
SITUASI PMI KOTA
SEMARANG
Kejadian
Bencana |
Banjir
rob |
Lokasi |
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. |
Waktu
Kejadian |
Senin, 23 Mei 2022 pukul 14.00 WIB |
Update |
Senin, 23 Mei 2022 pukul 16.30 WIB |
|
|
Pemerintah membutuhkan
dukungan internasional |
:
TIDAK |
|
Gambaran Umum Situasi |
Pada hari Senin tanggal 23 Mei 2022 pukul 14.00 bertempat di Kawasan Lamicitra Pelabuhan Tg
Emas Semarang telah terjadi tanggul jebol penahan air laut yang mengakibatkan
banjir di Kawasan Pelabuhan Tg Emas Semarang. Adapun penyebab tanggul jebol
diakibatkan rob yang besar sehingga tanggul penahan air laut di kawasan
Lamicitra tidak mampu menahan air laut yg cukup besar. Posko PMI Kota Semarang mendapatkan informasi
tersebut dari beberapa sumber grup, kemudian menugaskan 2 Personil dengan 1
unit mobil guna assesment. |
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
Keterangan Akses menuju Lokasi |
Akses menuju lokasi hanya dapat dilalui
menggunakan perahu karet dan mobil roda 4 (off road) karena ketinggian banjir
|
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
DAMPAK |
DAMPAK |
||||||||||||
JenisLapsit : Tanggal : 23-05-2022 |
Lapsit-Awal |
|
|||||||||||
KorbanTerdampak |
|
||||||||||||
KK |
- |
||||||||||||
Jiwa |
- |
||||||||||||
|
|||||||||||||
KorbanJiwa/Luka/Mengungsi |
|
||||||||||||
Luka
berat |
- |
|
|||||||||||
Luka
ringan |
- |
|
|||||||||||
Meninggal |
- |
|
|||||||||||
Hilang |
- |
|
|||||||||||
Mengungsi |
- |
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
Kerusakan Rumah |
|
||||||||||||
Rusak
Berat |
- |
|
|||||||||||
Rusak
Sedang |
- |
|
|||||||||||
Rusak
Ringan |
- |
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
Kerusakan Fasilitas Sosial/Umum |
|
||||||||||||
Sekolah |
- |
|
|||||||||||
Tempat
Ibadah |
- |
|
|||||||||||
Rumah
Sakit |
- |
|
|||||||||||
Pasar |
- |
|
|||||||||||
GedungPemerintah |
- |
|
|||||||||||
Lain-lain |
- |
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
Kerusakaninfrastruktur |
|||||||||||||
|
|||||||||||||
Pengungsian |
|
||||||||||||
NamaLokasi,
Kel, Kec |
KK |
Jiwa |
L |
P |
<5 |
>5≤18 |
>18 |
Jumlah |
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
||||||||||||
MobilisasiSumberDaya PMI |
Personil |
|
|||||||||||
|
Lapsit-Awal |
|
|||||||||||
Pengurus |
- |
|
|||||||||||
StafMarkasKab/Kota |
1 |
|
|||||||||||
StafMarkasProvinsi |
- |
|
|||||||||||
StafMarkasPusat |
- |
|
|||||||||||
Relawan
PMI Kab/Kota |
1 |
|
|||||||||||
Relawan
PMI Provinsi |
- |
|
|||||||||||
Relawan
lintas Provinsi |
- |
|
|||||||||||
SukarelawanSpesialis |
- |
|
|||||||||||
PersonilBantuanTeknis/Ahli/Spesialis (TSR) |
|
||||||||||||
Medis |
- |
|
|||||||||||
Paramedis |
- |
|
|||||||||||
Relief |
- |
|
|||||||||||
Logistics |
- |
|
|||||||||||
Watsan |
- |
|
|||||||||||
IT-Telekom |
- |
||||||||||||
Sheltering |
- |
|
|||||||||||
AlatUtamaSistim TDB |
|
||||||||||||
Kend.
Ops |
1 |
|
|||||||||||
|
|||||||||||||
Truk
tanki |
- |
|
|||||||||||
Double
Cabin |
- |
|
|||||||||||
Alat
DU |
- |
|
|||||||||||
Ambulans |
- |
|
|||||||||||
Alat
Watsan |
|
|
|||||||||||
Motor
|
- |
|
|||||||||||
Alat
PKDD |
|
|
|||||||||||
Gudang lapangan |
|
|
|||||||||||
|
|||||||||||||
Alat
IT/Tel lapangan |
- |
|
|||||||||||
Perahu
Karet |
- |
||||||||||||
|
Viar
|
- |
|||||||||||
|
|
||||||||||||
|
|
||||||||||||
Giat PMI |
Rapid Assesment |
||||||||||||
|
|
||||||||||||
Giat Pemerintah |
BPBD
(Pemantauan dan Evakuasi) |
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
Kebutuhan |
Evakuasi
warga terdampak |
|
|||||||||||
|
|
||||||||||||
Hambatan |
Nihil
|
||||||||||||
|
|
||||||||||||
Personil yang bisa
dihubungi |
NamaLengkap |
Posisi |
Kontak |
||||||||||
Sri Djatmiko |
Ka. Sub Bid. PB |
0813 2947 7887 |
|||||||||||
Ahmad Habib |
Staf PB |
0852 9056 5156 |
|||||||||||
|
|
|
|||||||||||
|
Petugas Posko |
NamaLengkap |
Kontak |
Hafshah
Lailatul Iffat |
0822
4351 4849 |
|
Ilham
Febrianto |
0896
6837 3717 |
Pada umumnya dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana tidak efektif dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya koordinasi yang masih lemah, tidak adanya pedoman
atau SOP, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dan keterbatasan
sarana dan prasarana serta peralatan yang mendukung. Isu-Isu relawan di
lapangan dalam penanggulangan bencana antara lain munculnya egosentris antar
organisasi induk relawan, meningkatnya relawan yang tidak terorganisir dan
tidak terampil serta lemahnya pemahaman peran relawan penanggulangan bencana,
antara lain pengkajian cepat terhadap lokasi, pencarian, penyelamatan dan
evakuasi warga masyarakat yang terkena bencana, penyediaan dapur umum,
pemenuhan kebutuhan dasar, penyediaan tempat pengungsian atau hunian sementara,
pendampingan psikososial korban bencana dan kegiatan lain terkait kedaruratan .
Oleh karena itu peneliti memilih lokasi penelitian di Tanjung Emas, Semarang yang
disebabkan oleh banyaknya organisasi sosial masyarakat yang membantu dalam
pemberitaan di media massa sehingga peneliti ingin mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi perannya dan apakah relawan dari dua organisasi yang diteliti
melakukan perannya sangat efektif, cukup efektif atau kurang efektif dalam
penanggulangan bencana banjir tahun 2022.
Permasalahan yang dihadapi para relawan dalam
menangani bencana banjir Jakarta antara lain relawan tidak dibekali peralatan
yang mencukupi dan dalam menjalankan perannya belum dilengkapi SOP yang cukup
sehingga perannya dalam penyelamatan korban bencana seperti evakuasi,
distribusi makanan dan masalah penanganan kesehatan yang tidak lancar
disebabkan kurang tenaga professional di bidang kesehatan ataupun obat-obatan
yang kurang mendukung dan dukungan logistik serta peralatan yang tidak tepat
pada tempatnya, jumlah, kebutuhan dan sasaran berdasarkan skala prioritas
sehingga peran relawan dalam manajemen logistik belum maksimal dilakukannya.
Efektivitas sistem logistik dan peralatan ini sangat dipengaruhi oleh sistem
informasi dan pengendaliannya yang didukung oleh antara lain kemampuan
infrastruktur dan ketersediaan serta jumlah alat transportasi .
Adapun untuk pembahasan penelitian ini, peneliti
mengidentifikasi permasalahan melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh faktor internal dan faktor
eksternal terhadap peran relawan penanggulangan bencana pada tanggap darurat
banjir di wilayah Semarang tahun 2022?
2. Bagaimanakah efektivitas peran relawan
penanggulangan bencana pada tanggap darurat banjir Semarang dalam rangka
penyelamatan korban manusia di Tanjung Emas tahun 2022?
Penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan yaitu:
1. Menganalisis faktor internal dan faktor eksternal
yang mempengaruhi peran relawan penanggulangan bencana pada tanggap darurat
banjir di wilayah Semarang 2022.
2. Menganalisis efektivitas peran relawan
penanggulangan bencana pada tanggap darurat banjir Semarang dalam rangka
penyelamatan korban manusia di Tanjung Emas tahun 2022.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara mendalam dan studi dokumen. Penelitian ini menggunakan teknik
analisis data yang dikembangkan oleh Miles, Huberman dan Saldafia (2014), yang
terdiri dari kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
verifikasi data . Data primer diperoleh dari hasil metode wawancara dari para
informan dan narasumber yang menjadi subyek penelitian. Data sekunder yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara atau dari sumbersumber
yang sudah ada. Data sekunder yang diperlukan adalah data terkait banjir Rob
Tanjung Emas Semarang, data jumlah korban yang terdampak dan mengungsi, data
organisasi yang mengerahkan relawannya pada saat banjir terjadi, data jumlah
relawan yang terjun langsung ke lapangan wilayah Jakarta dan kegiatan apa saja
yang mereka lakukan pada saat itu sehingga peran relawan penanggulangan bencana
dapat melakukan penyelamatan korban manusia. Data-data tersebut dapat diperoleh
dari jurnal, artikel, buku-buku dan data lain yang relevan melalui BNPB,
organisasi relawan yang terkait dan BPBD Semarang, sedangkan untuk referensi
bacaan akan didapatkan dari perpustakaan dan internet.
Hasil dan Pembahasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Peran Relawan Penanggulangan Bencana Pada Tanggap Darurat Banjir di wilayah Tanjung
Emas Semarang 2022 Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana8 . Penanggulangan bencana
merupakan tanggung jawab bersama, tidak hanya pemerintah tetapi dunia usaha dan
masyarakat dapat berperan dalam berbagai bentuk kerelawanan dalam membantu
pemerintah dan pemerintah daerah. Peneliti fokus pada masyarakat yang bergabung
pada organisasi relawan penanggulangan bencana, yaitu PMI Kota Semarang
(Markas), Korps Suka Rela PMI Unit Universitas Di Semarang danTenaga Sukarela
PMI Kota Semarang. Berikut pembahasan faktor internal dan faktor eksternal yang
menjadi modal utama relawan penanggulangan bencana dari kedua organisasi
relawan dalam melakukan perannya pada tanggap darurat banjir di wilayah Tanjung
Emas Semarang Tahun 2022:
·
Faktor Internal Faktor internal berasal dari dalam diri seseorang yang dapat
mempengaruhi 8 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. keaktifan seseorang untuk berperan pada suatu kegiatan, dalam hal ini
adalah penanggulangan bencana. Berdasarkan penuturan para informan yang telah
diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa faktor-faktor internal tersebut
meliputi:
Kekuatan
1) Niat atau Intensi Niat atau Intensi merupakan awal
dari suatu keinginan untuk bertindak. Pada konteks bencana, tiga orang informan
mengatakan niat mereka yang menjadikan mereka sebagai relawan sehingga mereka
turut serta dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana bersama pemerintah.
Hal ini menjadi dasar mereka berperan untuk membantu dan menolong dalam rangka
penyelamatan korban bencana banjir di wilayah Tanjung Emas 2022.Terkait teori
intensi dari Wijaya, 2008, intensi adalah kesungguhan niat seseorang untuk
melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu . Pada teori
planned behavior dari Fishbein dan Ajsen, 1985 diyakini bahwa faktor-faktor
seperti sikap, norma subjektif akan membentuk minat seseorang dan selanjutnya akan
berpengaruh pada perilaku. Oleh karena itu, seseorang memiliki niat atau
intensi akan sesuatu pasti disebabkan antara lain karena keinginan untuk
terlibat dalam kegiatan kemanusiaan, kesempatan untuk menyalurkan minat, bakat
dan hobi sehingga dapat mengerjakan yang disukai.
Menurut Ajzen (1991), intensi atau niat diasumsikan
menangkap faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. Faktor-faktor
itu adalah seberapa keras orang bersedia berusaha, seberapa banyak upaya yang
direncanakan untuk dikerahkan dalam berperilaku. Semakin kuat intensi untuk
terlibat dalam suatu perilaku, maka semakin besar kemungkinan kinerjanya .
Intensi atau niat dalam penetian ini bahwa relawan penanggulangan bencana
memandang melakukan sesuatu perbuatan itu positif dan mereka percaya bahwa
orang lain membutuhkan mereka untuk melakukan Burhanudin, “Aplikasi Theory Of
Planned Behavior Pada Intensi Mahasiswa Untuk Berwirausaha”, Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, Vol. 6, No.1. 2015. perannya dalam penanganan darurat. Jadi niat dari
seorang relawan atas kemauan sendiri atau tanpa paksaan untuk melaksanakan
penanggulangan bencana untuk mencapai tujuan penyelamatan korban manusia dari
bencana. Hal ini dirasakan oleh masyarakat di wilayah Tanjung Emas Semarang,
dengan adanya relawan penanggulangan bencana sangat bermanfaat dalam
penyelamatan korban terdampak (Bapak Didik, komunikasi personal,2022).
2) Usia
Pada umumnya relawan penanggulangan bencana dari kedua
organisasi relawan yang diwawancarai telah berusia lebih dari 20 tahun dan
dibawah usia 60 tahun pada tahun 2014. Suheri mengatakan dalam berperan pada
penanggulangan bencana, usia mempengaruhi dalam bertindak. Semakin muda usia
relawan maka semakin labil atau mudah goyah seseorang melakukan tindakan dan
berkomitmen dalam penanggulangan bencana ini yang dapat membahayakan bagi
relawan tersebut (komunikasi personal, 19 Januari 2017). Euis Komalasari juga
mendukung pernyataan dari Suheri bahwa relawan PMI yang berusia muda (PMR)
biasanya diperbantukan pada pekerjaan yang sederhana dan ringan, antara lain
membungkus makanan siap saji di dapur umum dan membantu persiapan alat bermain
pada saat PSP. KSR di PMI dibatasi maksimal umur sampai dengan 35 tahun (Bapak
Didik, komunikasi personal,2022).
Idris mengatakan bahwa banyak para relawan
penanggulangan bencana saat itu masih relatif muda seperti orang yang sedang
kuliah pada semester akhir. Sedangkan koordinatornya pasti lebih tua dari
mereka (Bapak Didik, komunikasi personal,2022). Selain itu, Renawati pernah
berbincang-bincang dengan salah satu relawan di tempat pengungsian. Salah satu
alasan berkeinginan menjadi relawan adalah karena relawan tersebut masih
berusia muda dan tenaganya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kemanusiaan
serta beliau berusaha berkomitmen pada organisasi yang menaunginya (Bapak Didik,
komunikasi personal,2022). Wade dan Tavris (2007), usia sangat erat kaitannya
dengan perkembangan individu namun tingkatan usia belum tentu menandakan
tingkat perkembangan individu . Usia berpengaruh pada peran seorang relawan
penanggulangan bencana. Biasanya seseorang memiliki minat dan berkomitmen
sebagai relawan beranjak pada usia lebih dari 20 tahun, karena pada masa itu
sudah mantap dan stabil serta mempunyai pendirian tertentu. Hal ini beberapa
relawan MDMC,MRI yang bergabung pada usia lebih dari 20 tahun dan mereka
biasanya menjelang akhir semester, sehingga mereka meluangkan waktunya untuk hal-hal
positif dan mencoba langsung terlibat dalam bidang penanggulangan bencana
meskipun belum mempunyai atau mempunyai sedikit pengalaman (Bapak Didik,
komunikasi personal,2022). Goolsby (1992) menjelaskan bahwa kedewasaan
seseorang dapat dilihat dari usia seseorang yang merupakan salah satu faktor
yang akan mempengaruhi kemampuan, pengetahuan, tanggungjawab seseorang dalam
bertindak, berpikir serta mengambil keputusan karena terbiasa menghadapi
persoalan yang muncul ditempat kerja, sehingga mereka lebih mampu melakukan
adaptasi dengan permasalahan yang muncul . Oleh karena itu, pengambilan
keputusan cenderung lebih efektif ketimbang pekerja yang berusia muda.
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa usia relawan diatas 20 tahun sudah
dapat menentukan jati diri dan berkomitmen pada organisasinya dan usia sebagai
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peran relawan penanggulangan bencana.
3) Waktu Pengelolaan waktu merupakan hal sangat
penting. Time Management adalah tindakan dan proses perencanaan dan pelaksanaan
kontrol sadar atas sejumlah waktu yang akan digunakan untuk aktivitas tertentu,
khususnya untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan produktivitas. Waktu
adalah sumber daya yang pasti namun dengan mudah bisa berlalu tanpa bisa
kembali untuk digunakan pada kesempatan berikutnya . Berdasarkan penuturan dari
4 informan yang menyatakan bahwa meluangkan waktu untuk kegiatan positif
merupakan kesempatan yang bernilai dan tidak semua orang dapat merasakan hal
yang sama, namun dengan meluangkan waktu untuk penanggulangan bencana berkaitan
dengan pekerjaan atau mata pencaharian dari relawan tersebut. Informan yang
menyebutkan memiliki waktu luang merupakan mahasiswa semester akhir dan
pengurus organisasi relawan sehingga waktunya dapat dipergunakan sesuai dengan
tujuan yang berkaitan murni dari diri sendiri. Para relawan rela dengan
meluangkan waktunya agar dapat berperan lebih efektif untuk penanganan darurat
dalam rangka penyelamatan korban bencana.
4) Jenis Kelamin
Peneliti menganalisis dari wawancara para informan,
rata-rata relawan penanggulangan bencana yang bekerja dengan membutuhkan tenaga
ekstra, yaitu berjenis kelamin pria, seperti evakuasi, memasak pada dapur umum,
tim ambulan dan pendistribusian logistik, namun bukan berarti relawan wanita
tidak dapat melakukan apa yang dilakukan relawan pria tersebut. Adapun relawan
wanita yang membantu di dapur umum untuk memasak ataupun menyiapkan bumbu
masakan, mendistribusikan bantuan dan tim medis tetapi tidak sarankan untuk
evakuasi. Anny Isgiati mengatakan bahwa relawan untuk evakuasi adalah pria,
jarang sekali tim evakuasi relawannya wanita karena membutuhkan tenaga yang
kuat. Jadi jenis kelamin merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perannya
dijalankan dengan baik atau tidak (komunikasi personal, 4 Januari 2017).
Setelah melihat dari uraian di atas, faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
peran relawan adalah komitmen dengan organisasi relawan dan kenyamanan pada
pihak manajemen, ikhlas dan bertanggung jawab dan mendapatkan kepercayaan
sehingga adanya loyalitas terhadap penanganan darurat serta memiliki
pengetahuan penanggulangan bencana dan keterampilan dapat mendukung perannya.
Kelemahan Kelemahan dari
masing-masing relawan yang dapat mempengaruhi perannya adalah mudah terbawa
dengan suasana, tidak fokus pada sekitarnya, memilih teman dalam pelaksanaan
tugasnya sebagai relawan dan insomnia sehingga dapat mengganggu tingkat
keaktifan relawan tersebut. Pada umumnya relawan tidak memiliki Alat Pelindung
Diri atau APD dan hanya memiliki tenaga, keterampilan dan pengetahuan.
Ketidakmampuan memiliki APD dapat membahayakan dirinya. Kelemahan lainnya
adalah faktor ketidakmampuan dalam ekonomi yang menyebabkan pertolongan kepada
para korban kurang maksimal. Hal ini didukung oleh Alfando (2013) yang menyatakan
bahwa tidak adanya penunjang dana untuk melakukan aktifitas relawan menjadi
suatu masalah yang mengakibatkan peran relawan tidak efektif atau tidak
dilakukan secara maksimal. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki relawan tersebut
dapat dikendalikan karena mereka bertanggung jawab atas perannya sebagai
relawan penanggulangan bencana. Hal ini dapat diartikan relawan rela atau
ikhlas dalam mengorbankan nyawanya sendiri.
·
Faktor Eksternal
Penuturan para informan faktor eksternal berupa
peluang dan kendala yang mempengaruhi perannya pada saat banjir rob di wilayah Tanjung
Emas 2022adalah para relawan memperoleh peluang mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat, semakin banyak bantuan yang diberikan ke organisasinya semakin
banyak bantuan yang diberikan ke para korban bencana dan peluang mendapatkan
jaringan yang luas Anny Isgiati mengatakan peluang untuk relawan dari kejadian
bencana yaitu para relawan dapat mengasah keterampilan, menambah ilmu
pengetahuan dan mereka mendapatkan pengalaman baru selama terlibat dalam
penanganan banjir. Menurut Euis Komalasari peluang yang dapat diberikan oleh
organisasi yang menaungi adalah pelatihan yang berjenjang dan mendapatkan
kesempatan untuk berkarir.
Sedangkan kendala-kendala
yang dihadapi para relawan adalah terkadang peralatan dan perlengkapan yang
tidak lengkap pada evakuasi, masyarakat yang sulit untuk dievakuasi sehingga
akan menyulitkan para sukarelawan apabila terjadinya kenaikan air yang semakin
tinggi dan arus yang deras untuk mengevakuasi warga yang sulit dievakuasi
tersebut atau mendistribusikan makanan ke rumahrumah warga tersebut, komando
yang terkadang tidak sama antara komandan relawan dan komandan di lapangan
sehingga menyebabkan para relawan sering mengalami kebingungan dan sulitnya
koordinasi karena tidak dihargainya seorang relawan oleh pihak-pihak tertentu.
Mekanisme koordinasi yang masih belum sempurna sehingga masih adanya keegoisan
antar organisasi relawan.
Menurut Sunarti, faktor eksternal yang mempengaruhi
peran serta relawan berasal dari semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai
pengaruh terhadap program (penanggulangan bencana). Pengaruh disini merupakan
kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh stakeholder atas program sehingga
para relawan memperoleh peluang kekuatan dari stakeholder, yaitu organisasi
induknya. Kendala - kendala yang dihadapi juga berasal dari luar lingkungan
yang sulit dikendalikan oleh relawan itu sendiri sehingga berpengaruh juga
terhadap perannya.
Peran Relawan Penanggulangan Bencana Pada Tanggap
Darurat Banjir Rob Tanjung Emas Semarang 2022
Berdasarkan penuturan
dari para informan, dapat disimpulkan bahwa peran relawan PMI Kota Semarang sesuai
dengan keterampilan atau spesialisasi yang dibutuhkan pada saat banjir rob Semarang,
khususnya di Tanjung Emas Semarang dengan menjalankan kewajibannya sesuai
dengan aturan yang berlaku dan mendapatkan haknya meskipun tidak semua hak
dapat diperoleh namun mereka mampu berperan dengan baik. Peran mereka
dibutuhkan dalam penanganan bencana sehingga dapat mencapai tujuan organisasi
yang diharapkan terutama dalam rangka penyelamatan korban manusia dan para
relawan memperoleh apresiasi dari organisasinya dan masyarakat. Gugus Tugas sukarelawan
PMI Kota Semarang adalah tim evakuasi, ambulan atau tim medis, dapur umum,
logistik dan pendistribusian, shelter atau tempat pengungsian dan psychosocial
support (PSP).
Uraian peran relawan dari kedua organisasi, pada
umumnya korban manusia pada saat banjir membutuhkan pertolongan sehingga para
relawan melakukan perannya SAR atau evakuasi. Pada pengevakuasian, para korban
langsung diarahkan ke tempat yang lebih aman (pengungsian), disinilah para
relawan mendata para korban, baik data keluarga, kebutuhan maupun kesehatan.
Setelah diketahui kebutuhan dasar untuk para korban maka peran relawan logistik
dapat mendistribusikan logistiknya ke titik-titik pengungsian. Jika para korban
mengalami keluhan kesehatan maka relawan medis melakukan pertolongan dan
relawan psikososial memberikan bantuan kepada korban yang mengalami
kesulitan-kesulitan emosional dan perilaku sebagai akibat dari bencana, agar
dapat menguasai diri kembali dan berfungsi secara mandiri untuk memenuhi
kebutuhan hidup dasar.
Efektivitas Peran Relawan Penanggulangan Bencana Pada
Tanggap Darurat Banjir di Tanjung Emas Tahun 2022 Berdasarkan penuturan para
informan yang telah diuraikan, menunjukkan bahwa informan menyadari bahwa peran
relawan merupakan aktor yang dibutuhkan untuk membantu pemerintah dalam
penanggulangan bencana. Peran relawan telah dibahas pada pembahasan yang
menghasilkan bahwa mereka berperan sesuai dengan tugasnya masing-masing, namun
apakah peran mereka efektif atau tidak maka diketahui terlebih dahulu arti
efektivitas menurut Handoko, yaitu kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat
atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
menurut Gibson, mendefinisikan efektivitas sebagai pencapaian sasaran yang
telah disepakati atas usaha bersama.
Peneliti menggunakan teori dari Habe (2008) dalam
mengukur efektivitas pada peran relawan penanggulangan bencana, yaitu kemampuan
dan pengetahuan serta 1 variabel motivasi kerja yang juga mempengaruhi
efektivitas kerja dari teori Gie. Berikut ini 3 variabel yang mempengaruhi
efektivitas peran relawan penanggulangan bencana pada tanggap darurat banjir di
wilayah Tanjung Emas Semarang dalam penyelamatan korban manusia di Tahun 2022.
Kemampuan Kemampuan dari seorang relawan dapat
diketahui oleh dirinya sendiri dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai suatu
tujuan. Pernyataan tersebut dapat dikaitkan dengan pendapat dari Robbins dan
Judge (2008) bahwa kemampuan merupakan suatu kapasitas individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan yang dimiliki oleh
relawan PMI Kota Semarang berawal dari minat mereka, sehingga organisasinya
memberikan perintah atau tugas sesuai dengan minatnya. Oleh karena itu para
relawan dapat menjalankan tugasnya dengan senang hati tanpa ada beban dan dapat
mencapai tujuan organisasinya., mereka dapat melakukan beberapa tugas untuk
membantu korban yang terdampak walaupun relawan yang terlibat tidak terlalu
banyak namun tetap memiliki tujuan yang sama.
Sebagian besar informan mengaku tugas yang mereka
laksanakan bermanfaat bagi masyarakat yang terdampak bencana dengan berarti
usaha mereka berhasil. Menurut para informan keberhasilan disebabkan karena
dilaksanakan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan setiap
tugasnya. Seperti kemampuan kerja menurut Blanchard dan Hersey, yaitu suatu
keadaan diri pekerja secara sungguh-sungguh berdaya guna dan berhasil guna
dalam bekerja sesuai bidang pekerjaannya dan beberapa indikator yang
mempengaruhi kemampuan kerja, yakni kemampuan teknis, kemampuan konseptual dan
kemampuan sosial . Indikator tersebut dapat dipahami oleh sebagian besar para
relawan, namun pada prakteknya, kegiatan penanggulangan bencana tidak dapat
diimplementasikan secara keseluruhan karena kenyataannya terdapat
kendala-kendala yang dihadapi dari sarana-prasarana sampai dengan berhadapan
dengan masyarakat. Berkaitan dengan kemampuan pada pelaksanaan tugas dalam
penanggulangan bencana, para relawan selalu berusaha agar dapat. mencapai
tujuan organisasi dengan cepat dan tepat sasaran.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan alami
dari minat dan pengalaman para relawan mempengaruhi efektivitas dalam suatu
peran karena mereka menyelesaikan pekerjaan cepat dan tepat sasaran dengan
menggunakan sumber daya yang dimiliki suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi, yaitu penyelamatan korban manusia pada bencana banjir di wilayah
Tanjung Emas tahun 2022. Dengan demikian, menurut peneliti relawan PMI Kota Semarang,
Korps Suka Rela Universitas Di Semarang dan Tenaga Suka Rela PMI Kota Semarang
melaksanakan perannya sesuai dengan bidangnya sehingga mereka lebih mampu dalam
penguasaan peralatan, prosedur kerja dan memahami peraturan tugasnya
dibandingkan relawan yang berperan dengan banyak tugas tetapi mereka tidak
fokus dan kurang terarah pada tugasnya yang dikarenakan kendala pada sedikitnya
SDM dan peralatan yang kurang memadai dan mencukupi.
Pengetahuan Pengetahuan dapat diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang maka akan berpengaruh yang kuat terhadap kualitas kemampuan yang
dihasilkan dalam bertugas sehingga tujuan organisasi dapat tercapai . Hasil
penelitian yang telah dilakukan mempunyai hasil yang sejalan dengan penelitian
dari Putra, dkk (2014) dimana hasil yang diperoleh menyatakan bahwa pengetahuan
didapat oleh para relawan melalui pendidikan dan pelatihan yang difasilitasi
oleh PMI Kota Semarang, namun pengalaman yang dimiliki para relawannya belum
banyak, karena mereka dilihat dari segi usia masih muda dan bergabung sebagai
relawan belum lama (2 sampai 5 tahun) dan loyalitasnya setelah lulus yang
sering melupakan janjinya setelah dilantik. (Penuturan Pak Wo,Koordinator
Instruktur Korps Sukarela PMI Kota Semarang).
Pengetahuan yang mereka peroleh dari pengalaman yang
dialami oleh para relawan pada bencana sebelumnya, sehingga pengalaman dapat
dijadikan mereka sebagai pengetahuan untuk berperan pada penanggulangan
bencana.. Selain pengalaman pada saat turun ke lapangan, mereka mendapatkan
pengetahuan dengan membaca dan berbagi pengalaman (Sharing) dengan
teman-temannya yang membantu dalam bidang kemanusiaan. Pengalaman bekerja yang
dimiliki seseorang terkadang lebih dihargai daripada tingkat pendidikan yang
menjulang tinggi dan pengalaman juga cukup penting dalam sebuah pekerjaan yang
membutuhkan keahlian, kecakapan dan inisiatif dalam berkreasi sehingga
menghasilkan jasa lebih baik dilihat dari kualitas dan kuantitasnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diungkapkan
sebelumnya, bahwa pengetahuan merupakan salah satu indikator untuk mencapai
suatu tujuan. Menurut Wandita, dkk (2014) bahwa seseorang yang melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki akan memberikan hasil yang
lebih baik daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai
akan tugasnya24. Begitu juga dengan pendidikan, pelatihan dan pengalaman dari
para relawan penanggulangan bencana dari kedua organisasi relawan tersebut
dapat memberikan kontribusi yang cukup efektif untuk mencapai hasil yang baik.
·
Motivasi
Motivasi berawal dari keinginan untuk mempengaruhi
perilaku seseorang. Motivasi kerja yang tinggi berpengaruh pada alokasi usaha yang
diberikan oleh seseorang untuk bekerja. Dalam hal ini, seseorang yang memiliki
motivasi kerja lebih tinggi akan melakukan usaha-usaha dengan intensitas lebih
tinggi untuk menyelesaikan setiap pekerjaannya. Menurut Morrison (1993),
motivasi sebagai kecenderungan seseorang melibatkan diri dalam kegiatan yang
mengarah sasaran. Begitu pula motif para relawan penanggulangan bencana, mereka
melakukan kegiatan penanganan bencana berdasarkan motif masing-masing yang
telah dijelaskan pada analisis motivasi. Mereka tentunya melibatkan diri dalam
kegiatan penanggulangan bencana yang mengarah pada sasaran untuk menolong dan
menyelamatkan korban yang terdampak banjir di wilayah Tanjung Emas Semarang
2022.
Motif para relawan dalam penanganan bencana banjir ini
sebagai daya dorong dengan ikhlas dan rela untuk mengerahkan kemampuannya
berupa keterampilan, tenaga dan waktu dalam bentuk berbagai kegiatan
penanggulangan bencana yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan
kewajibannya dalam rangka penyelamatan korban manusia dari bencana banjir di
wilayah Tanjung Emas Semarang 2022. Adanya motif untuk melibatkan diri dalam
penanganan bencana dapat berintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai
kepuasan dari motivasi mereka, sehingga mereka dapat bekerja dengan cukup
efektif.
Dalam
Penutatannya di Pendidikan Lapangan Korps Sukarela, Pak Wo seringkali bertanya
kepada para Kaisar,Senior dan pengurus mengapa banyak yang setalah lulus dari
perkuliahan mulai melupakan tugasnya untuk mengabdi kembali di PMI Kota
Semarang sebagai pengamalan dari ilmu yang didapatkannya saat pendidkan latihan
Search and Rescue yang hingga saat ini masih dianalisa serta penurunan prestasi
dari Korps Sukarela Di semua Universitas Semarang.
Dari
analisis saya salah satunya yang menyebabkan penuruan dari kualitas anggota
Korps sukarela diantaranya karenanya kurangnya pemahaman dari anggota yang
belum pernah ikut palang merah remaja di MA/SMA/SMK sehingga kita dalam
memberikan pelatihan harus lebih ekstra padahal dalam korsp sukarela ialah
praktek dari materi palang merah remaja yang lebih lagi baik dari materinya
maupun prakteknya hingga akhirnya banyak yang kaget dan memundurkan diri secara
perlahan sebelum mengamalkan ilmunya dimasyarakat yang membutuhkannya.(Analisis
wawancara pada 7 November 2022 dengan Pak Wo).
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait
efektivitas peran relawan penanggulangan bencana pada tanggap darurat banjir Tanjung
Emas Semarang dalam rangka penyelamatan korban manusia tahun 2022 dapat
disimpulkan, bahwa:
1. Faktor internal dan faktor eksternal merupakan
faktor pendukung dalam mempengaruhi peran relawan pada penanganan banjir di Tanjung
Emas tahun 2022 yang dimiliki oleh kaum muda pada relawan, seperti sifat-sifat
yang berempati kepada korban bencana, ingin diakui, dihargai, dipercayai dan
mendapatkan pengalaman baru untuk eksistensinya dan pada kenyataannya karakter
ini diinginkan oleh para kaum remaja pada relawan untuk mendapatkan kesempatan
dalam mengasah keterampilan, menambah ilmu pengetahuan dan berorganisasi, maka
para relawan tersebut perlu ditampung dalam wadah organisasi dan apabila
diorganisir atau dihimpun dengan baik, mereka dapat menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat dalam penanggulangan bencana serta dapat menangani kendala-kendala
yang dihadapi.
2. Peran relawan penanggulangan bencana pada tanggap
darurat banjir di Tanjung Emas Semarang 2022cukup efektif dalam melaksanakan
penyelamatan korban manusia yang didukung oleh adanya: a. Kemampuan: kemampuan
teknis para sukarelawan PMI kota Semarang, Korps Sukarela universitas Di
Semarang dan Tenaga Suka rela PMI Kota Semarang. karena terkendala pada
pemahaman SOP dan peralatan yang tidak mencukupi. Sedangkan kemampuan
konseptual yang mampu memahami tujuan organisasi dan kemampuan sosial yang
mampu bekerjasama dengan baik antar tim dan organisasi lain sehingga para
relawan dari kedua organisasi cukup efektif dalam penanganan darurat.
b. Pengetahuan: pengetahuan tentang penanggulangan
bencana para relawan diperoleh dari pelatihan dan pengalaman untuk mendukung
atau menunjang dalam pelaksanaan perannya. c. Motivasi: motivasi yang positif
untuk menolong, mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman serta dapat
bermanfaat bagi korban terdampak yang mengerahkan seluruh keterampilan, tenaga
dan waktu untuk penyelamatan korban. Ketiga aspek tersebut masih terdapat
beberapa kendala yang perlu diperhatikan dan diperbaiki agar peran relawan
dapat meningkatkan efektivitasnya dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Dalam sebuah program pelayan terutama dalam lingkup komunitas
mengacu pada beberapa hal seperti hal yang tercantum dalam buku psikologi
komunitas karya Dr.Istiqomah Wibwobo, yaitu mengutamakan prinsip pencegahan, menghargai
keberagaman, menganalisa program yang tepat, dan sebagainya.
Tetapi dalam relawan juga
ada assesement yang berpengaruh dalam kita menganalisisa apa yang dibutuhkan
dalam sebuah bencana alam seperti halnya bencana alam didaerah Semarang yang
sering terjadi dimusim penghujan yaitu banjir. Dalam menolong sendiri relawan
terikat pada undang-undang nomor 1 tahun 2018 yang terdiri dari 46 pasal
sebagai landasan hokum yang sah dari presiden Republik Indonesia dan AD/ART KSR
UIN Walisongo sendiri sebagai landasan hukum ketika berada dalam kampus sebagai
perwakilan PMI Kota Semarang.
Dalam pelatihan dasarnya
sendiri selalu ditekankan pada 3 Kunci Keselamatan yaitu berpikir Positif, atur
nafas dan Konsentrasi yang selalu dipraktekan dalam bertugas sebab kita akan
selalu mendapatkan tekanan yang bisa mengubah mental penolong dan yang utama
yaitu keselamatan penolong nomor satu karena jika penolong tidak sehat
(selamat) maka bagaimana dia mau menolong orang yang membutuhkan bantuannya.
Daftar
Pustaka Buku
Lembaga
Penanggulangan Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2012. Pedoman Struktur,
Organisasi dan Mekanisme Kerja Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah
(Muhammadiyah Disaster Management Center). Yogyakarta: LPB PP Muhammadiyah.
Miles, Matthew B, Huberman, A. Michael dan Saldafia,
Johnny. 2014. Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. Third Edition.
USA: Sage Publication Inc.
Sakethi,
Team Mirah. 2010. Mengapa Semarang langganan Banjir Rob? Pengendalian Banjir
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Semarang: PT Mirah Sakethi
Jurnal,
Dokumen dan Artikel Alfando, Johantan. 2013. Peranan Kelompok Informasi
Masyarakat (KIM) Dalam Mewujudkan Desa Mandiri Di Desa Sidomulyo Kec. Anggana
Kutai Kartanegara. eJournal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No. 2. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Tengah 2022. Rencana Kontijensi
Bencana Banjir Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Badan Nasional Penanggulangan
Bencana. 2022. Peran Relawan Penanggulangan Bencana. Paparan Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat di Bengkulu. Burhanudin. 2015. Aplikasi Theory Of
Planned Behavior Pada Intensi Mahasiswa Untuk Berwirausaha. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, Vol. 6, No.1. Departemen Hukum dan HAM RI. UndangUndang
RepublikIndonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Farida,
Ida dan Mahmud. 2015. Pengaruh Theory Planned Of Behavior Terhadap Intensi
Berwirausaha Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa FEB Universitas Dian Nuswantoro
Semarang). Jurnal Ilmiah STIE MDP, Vol. 5, No.1.
Famella,
Sri Wahyu Lelly Hana Setyanti dan Mufidah, Ana. 2015. Pengaruh Keterampilan
Kerja, Pengalaman Kerja dan Sikap Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Perusahaan Rokok Gagak Hitam Kabupaten Bondowoso. Artikel Ilmiah Mahasiswa
2015.
Website
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Semarang. 2022. Rekapitulasi
Kejadian Banjir Semarang http://bpbd.jakarta.go.id. 25 mei 2022
Wawancara
dengan Pak Wo tanggal 7 November 2022 sebagai Koordinator Instruktur PMI kota
Semarang dirumahnya Kendal.
Comments
Post a Comment