UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) SEMESTER GENAP TA 2021/2022

MATA KULIAH PSIKOLOGI KONSELING

PRODI TASAWUF DAN PSIKOTERAPI

FAKULTAS USHULUDDIN & HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

 

Nama                                    : Mohamad Amarudin

NIM                                       : 2004046034

Dosen pengampu            : Bapak Komari, M.Si.

 

Pelaksanaan Ujian Tengah Semester TPB-4

a)      Dikerjakan secara mandiri (Awali dengan Basmalah)

b)      Jawaban yang menyertakan sumber referensi dari buku atau jurnal akan mendapat poin lebih besar

c)      Jika ada yang telat mengumpulkan, akan mendapat potongan nilai maksimal 50% dari nilai aslinya

d)      Dikumpulkan paling lambat Jum’at, 27 Mei 2022 melalui GC kelas maksimal pukul 16.00 WIB

 

1.      Jelaskan definisi konseling menurut 3 (tiga) tokoh berbeda dan jelaskan intisarinya! Kemudian jelaskan bagaimana hubungan konseling dengan psikologi!

2.      Dalam proses konseling sangat dipengaruhi oleh adanya sikap terbuka antara konselor dan konseli, dimana hal itu akan mengarahkan sebuah komitmen kerjasama yang baik dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, sehingga proses konseling dapat berjalan dengan baik dan membuahkan hasil yang maksimal. Sikap terbuka tersebut tentu tidak dengan sendirinya hadir begitu saja, namun dibangun dengan hubungan yang baik antar kedua pihak. Bagaimana karakteristik hubungan dalam konseling dan cara mendapatkan hubungan yang efektif dalam konseling?

3.      Pada dasarnya, konseling dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah, namun tidak selalu konseling bertujuan untuk hal tersebut. Apa saja tujuan umum dalam konseling? Berikan salah satu ilustrasi fenomena spesifik tentang tujuan konseling!

4.      Konseling profesional menuntut kecakapan dan kompetensi yang dimiliki oleh oleh seorang konselor. Untuk itu konselor harus benar-benar menyiapkan kebutuhannya, salah satunya adalah mengikuti pelatihan dan sertifikasi di bawah ABKIN. Selain pendalaman tentang kompetensi konselor, ada banyak hal yang akan didapatkan dalam pelatihan tersebut. Salah satunya adalah etika dalam konseling. Apa itu etika dalam konseling dan jelaskan!

5.      Setiap individu pasti memiliki masalah yang dihadapi, namun tidak semua bisa merespon dengan baik masalah yang sedang dihadapinya. Sebagai seorang konselor, harus memiliki keyakinan bahwa setiap orang mampu mengatasi masalahnya sendiri, walaupun terkadang belum tahu cara mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya. Jelaskan 3 hal yang bisa diupayakan oleh seorang konselor dalam membantu mengatasi masalah (koping)!

6.      Salah satu pendekatan yang dipakai dalam konseling adalah pendekatan perilaku (behavioral). Apa saja asumsi dasar pendekatan perilaku? Jelaskan!

7.      Jelaskan sejarah perkembangan ilmu konseling sejak kelahirannya sampai perkembangannya di Indonesia! (Baca buku Mulawarman : Psikologi Konseling [sebuah pengantar bagi konselor pendidikan])

 

Jawaban

1.            Menurut Carl Rogers (1952) dalam Rosjidan (1994:4), mengemukakan bahwa konseling merupakan proses dimana sturktur diri (pribadi) dibuat sesantai mungkin demi menjaga hubungan dengan ahli terapi, dan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang tertolak dirasakan dan selanjutnya diintegrasikan kedalam suatu diri (self) yang telah dirubah.

Menurut Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Menurut Pietrofesa, Leonarddan Hoose (1978) dalam Mappiare (2002:16) menyatakan bahwa definisi konseling dapat dijelaskan yaitu suatu proses dimana ada seseorang yang dipersiapkan secara profesional untuk membantu orang lain dalam memahami diri, pembuatan keputusan dan memecahkan masalah. Selain itu konseling adalah pertemuan “dari hati ke hati” antarmanusia yang hasilnya sangat bergantung pada kualitas hubungan.(Referensi:Buku Psikologi Mulawarman)

2.      Karakteristik hubungan dalam konseling yaitu hubungan dalam konseling disebut sebagai helping relationship atau hubungan yang membantu secara profesional. Profesional dalam hal ini dikarenakan didasarkan pada pengetahuan khas,menerapkan suatu teknik intelektual dalam suatu pertemuan khusus dengan orang lain (klien) agar klien tersebut dapat lebih efektif menghadapi dilema, pertentangan-pertentangan atau konflik yang terjadi dalam dirinya. Keunikan ini tercermin pada kekhususan karakteristik yang terjadi antara konselor dan klien.Menurut Shostrom dan Brammer (1982: 144-151) mengemukakan juga beberapa karakteristik hubungan dalam konseling yaitu Unik dan Umum, Keseimbangan antara aspek obyektivitas dan subyektivitas, Terdapat unsur kognitif dan afektif, Unsur kesamar-samaran (ambiguity) dan kejelasan, Adanya unsur tanggung jawab.

cara mendapatkan hubungan yang efektif dalam konseling yaitu diawali dengan konselor memiliki sifat Dapat dipercaya (menjaga Privasi), kejujuran, Kekuatan atau daya, kehangatan, pendengar yang aktif (baik), Kesabaran, kepekaan, kebebasan, kesadaran holistic yang utuh dan ramah (friendly).

Refernsi: (Brammer, L.M. 1985. The Helping Relationship;Process and Skills: 3ed. New Jersey: Prentice Hall Inc. Egan, Gerard. 1986. The Skilled Helper: A Systematic Approach to Effective Helping. Brooks/Cole Publishing)

3.      Tujuan umum dalam konseling? Berikan salah satu ilustrasi fenomena spesifik tentang tujuan konseling! Tujuan dari hubungan konseling ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri klien sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh klien. Konselor berupaya untuk memfasilitasi dan memberikan dukungan, bersama klien membuat alternatif-alternatif pemecahan masalah demi perubahan ke arah lebih baik. Selain itu tujuan lain yang ingin dicapai dalam konseling terutama pada diri klien yaitu Klien akan memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang obyektif tentang dirinya.Terhindar dari gejala-gejala kecemasan. (Referensi Buku Psikologi Konseling Karya Mulawarman)

4.      Etika dalam konseling ialah salah satu aturan atau norma yang berlaku pada konselor professional sebagai acuan dalam berperilaku saat melakukan tugasnya sebagai seorong konseli dalam proses konseling dan etika ini haruslah dilakukan dengan sungguh-sungguh sebagai sikap profesionalitas. Dalam kode etik psikologi Indonesia juga terdapat beberapa pasal yang mengatur mengenai praktik konseling. Sesuai dengan Kode Etik Psikologi Indonesia, yang memiliki kewenangan untuk melakukan praktik psikologi adalah psikologi yang telah memiliki izin praktik psikologi. Mereka ini berkewenangan dalam penyelenggaraan praktik psikologi yang mencakup kegiatan pemecahan masalah psikologis baik yang bersifat individual maupun kelompok dengan menerapkan prinsip psikodiagnostik. Termasuk dalam pengertian praktik psikologi tersebut adalah terapan prinsip psikologi yang berkaitan dengan melakukan kegiatan diagnosis, prognosis, konseling dan psikoterapi. Dengan demikian, Sarjana Psikologi yang belum memiliki persyaratan tersebut di atas dianggap belum memiliki kewenangan untuk melakukan konseling sebagai bagian dari praktik psikologi.

5.      Jelaskan 3 hal yang bisa diupayakan oleh seorang konselor dalam membantu mengatasi masalah (koping)!

Pengawasan serta Model SSCS menunjukkan bahwa, ada serangkaian keadaan tertentu yang dihadapi orang dalam kehidupan sehari-hari mereka, beberapa di antaranya bersifat jangka pendek dan langsung (seperti peristiwa kehidupan yang disebutkan di atas) dan beberapa di antaranya berlangsung lama (seperti perang, pengangguran jangka panjang atau penyakit kronis). Rangkaian keadaan ini adalah komponen stres dari model.

Mengatasi dan mendukung dalam model SSCS (didukung oleh banyak bukti penelitian) adalah bahwa orang merespons kondisi stres dengan cara yang berbeda, dengan beberapa cara ini mengarah ke lebih banyak (atau kurang) ketegangan, dan beberapa menjadi lebih baik untuk mereka. kesehatan daripada yang lain.

Sifat Mengatasi dengan Coping and self-concept terjadi ketika dihadapkan dengan beberapa situasi stres, orang umumnya menjalani dua tahap. Mereka bertanya pada diri mereka sendiri apakah situasi ini merupakan ancaman bagi mereka, Apakah saya baik-baik saja atau saya dalam kesulitan. Dan konselor perlu memahami apakah klien kami benar dengan situasi yang mereka anggap sebagai ancaman, dan memungkinkan mereka untuk memikirkan kembali hal ini jika perlu.

Problems in coping terjadi ketika orang merasa sulit untuk mengatasinya, itu mungkin menyiratkan salah satu dari beberapa kemungkinan yaitu kurangnya respons koping yang tepat dalam repertoar coping seseorang, Sehingga konselor kita perlu membedakan mana dari ketiga situasi ini memberikan penjelasan terbaik untuk kegagalan seseorang untuk mengatasi situasi yang mereka anggap dengan benar.

Techniques to help people cope yaitu teknik spesifik yang ditujukan untuk membantu Orang berubah dan mengatasi kesulitan.

(Referensi: Richard Velleman and Sarajane Aris, 2010, Counselling and helping, British Psychological Society and Blackwell Publishing Ltd)

6.      Asumsi dasar pendekatan perilaku berupa asumsinya bahwa gangguan tingkah laku itu diperoleh melalui hasil belajar yang keliru, dan karenanya harus diubah melalui proses belajar, sehingga dapat lebih sesuai. Tujuan utamanya menghilangkan tingkah laku yang salah suai dan menggantikannya dengan tingkah laku baru yang lebih sesuai.

 

Menurut Apter (1982) asumsi dasar dari model behavioral adalah bahwa :

a. seluruh perilaku manusia dipelajari dan dapat tidak dipelajari melalui aplikasi prinsip-prinsip belajar,

b. perilaku yang tidak tepat dapat diubah (dihapus dan atau diganti dengan perilaku yang lebih dapat diterima) melalui penggunaan prosedur penguatan, dan

c. sangat mungin untuk memprediksikan dan mengontrol tingkah

laku apabila seluruh karakateristik lingkungan yang bersangkutan diketahui.

(Referensi Buku Psikologi Konseling Karya Seto Mulyadi diterbitkan oleh penerbit Gunadharma)

7.      Sejarah perkembangan ilmu konseling sejak kelahirannya sampai perkembangannya di Indonesia!

Bimbingan dan konseling ini lahir pada tahun 1908 di Amerika dengan berdirinya vocational bureau pada tahun 1908 oleh Frank Parsons. Frank Parson dikenal juga sebagai Father of The Guedance Movement in America Education. Frank menekankan bahwa penting bagi setiap individu untuk diberikan pertolongan dari orang lain untuk lebih memahami kekurangan dan kelemahan diri sehingga dapat digunakan untuk proses pengembangan diri lebih baik dan menentukan pekerjaan yang cocok bagi dirinya.

Pertama kali istilah bimbingan dikenal pada abad ke- 19 hingga awal abad ke 20 di Boston. Pada awalnya istilah ini dikenal dengan berdirinya biro di bidang profesi dan ketenagakerjaan. Tujuannya yaitu untuk membantu pemuda dalam memilih karir atau pekerjaan sesuai dengan keahlian mereka dan juga melatih para guru untuk memberikan layanan bimbingan di sekolah.

Pada masa yang hampir sama, Jasse B Davis juga memulai memberikan layanan konseling di SMA pada tahun 1898. Pada tahun 1907 dia mencoba memasukkan program bimbingan ke dalam pensisikan siswa SMA di Detroit. Eli Weaver pada tahun 1905 mendirikan Students Aid Committee of High School di Newyork dan dalam mengembangkan komitenya, dia berada pada suatu kesimpulan. Kesimpulan yang dikemukakannya yaitu bahwa siswa membutuhkan saran dan konsultasi sebelum mereka masuk ke dunia kerja.

Pada tahun 1920 para konselor sekolah di Boston dan New York diharapkan mampu membantu siswa dalam memilihkan pekerjaan yang tepat sesuai dengan keahlian masing- masing individunya. Selama itu pula, pada tahun 1920 an sertifikasi untuk konselor sekolah mulai diterapkan.Pada perkembangannya, mula mula bimbingan konseling dikenal sebagai bimbingan untuk pekerjaan atau karir, namun pada perkembangan lebih lanjut merambah pada bidang pendidikan atau Education Guidance yang dirintid Jasse B. Davis. Dimana bimbingan ini dikenal dengan adanya bimbingan dalam segi kepribadian atau Personal Guidance. Bimbingan konseling juga berkembang di bidang- bidang yang lain seperti pengertian, dan praktek bimbingan konseling terhadap ilmu sosial, budaya, kewarganegaraan, keagamaan, dan lain sebagainya.

(Referensi : https://dosenpsikologi.com/sejarah-bimbingan-konseling/amp)

 

Berawal dari pelayanan konseling dalam sistem pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.

Pada fase ini bertepatan dengan masa penjajahan, dimana Indonesia dijajah oleh Belanda dan Jepang.  Pada fase ini juga siswa di didik untuk mengabdi demi kepentingan penjajah. Dalam kondisi seperti ini para siswa dikerahkan untuk mengabdi pada negara demi memperjuangkan bangsa Indonesia. Para siswa dikerahkan untuk memperjuangkan bangsa Indonesia melalui jalur pendidikan. Pada fase ini, wadah untuk mengembangkan potensi siswa salah satunya adalah " Taman Siswa " yang dipelopori oleh K.H.Dewantara.Dalam K.H.Dewantara berusaha keras untuk menanamkan jiwa nasionalisme di kalangan para siswanya . Pada fase ini terdapat beberapa dekade dalam perkembangan bimbingan dan) konseling di Indonesia. Hingga berkembang lebih pesat setelah adanya HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia).

(Referensi:https://www.kompasiana.com/amp/sultanrahajaan/5ad37dcddd0fa83117369942/sejarah-bimbingan-konseling-di-indonesia-sebelum-kemerdekaan-dan-di-amerika).

 

KONSELING ADALAH RESPONS TERHADAP KEBUTUHAN MANUSIA

 

Perkembangan konseling sebagai respons terhadap Orang-orang kebutuhan manusia merupakan subpokok bahasan yang pada zaman mengawali pembahasan tentang sejarah konseling. Praktik konseling sebenarnya telah ada sejak dahulu kala dan mendatangi manusia membutuhkan konseling sejak manusia ada. Jadi, konseling adalah respons atas stimulus keberadaan manusia di dunia.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala filosof untuk kesempurnaannya. Allah memberikan bekal akal pikiran kepada manusia di mana nikmat itu tidak diberikan kepada arahan dan makhluk lain. Berbekal akal pikiran tersebut, manusia akan selalu berupaya menyelesaikan setiap persoalan yang sedang mengambil dihadapi maupun yang akan terjadi. Akan tetapi, akal keputusan. pikiran manusia terkadang tidak mampu membantu dirinya sendiri untuk menyelesaikan kompleksitas masalah yang sedang dihadapi. Pada kondisi di mana manusia tidak mampu menyelesaikan sendiri masalahnya, manusia membutuhkan manusia lain untuk dapat membantu menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi.Semenjak keberadaan manusia di dunia, pada dasarnya manusia telah membutuhkan manusia lain untuk dapat membantu menyelesaikan persoalannya. Manusia membutuhkan nasihat dan bimbingan serta konsultasi dari orang lain agar dapat mengembangkan potensinya dan menentukan pilihan yang tepat untuk masa depannya. Nasihat, bimbingan, dan konsultasi dari orang yang dapat dipercaya dapat meringankan langkah untuk mencapai suatu tujuan.

Sejak zaman dahulu kala, konseling sebenarnya sudah banyak dan sering dilakukan manusia. Orang-orang yang memberikan nasehat, bimbingan dan konsultasi kepada orang lain yang membutuhkan nasihat, pembimbingan, dan konsultasi adalah orang-orang pilihan yang memiliki jiwa penolong dan memiliki karisma tertentu. Pada zaman dahulu kala, peran penasehat, pembimbing dan konsultan dipegang oleh para filsuf, ulama dan pembesar agama serta kepala suku. Orang-orang pada zaman dahulu yang membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikan persoalan yang dirasa cukup rumit, biasanya mendatangi kepala suku, pembesar agama atau ulama dan para filsuf untuk mendapatkan arahan dan bimbingan guna mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki dan situasi yang dihadapi. Nabi Isa AS, Nabi Muhammad SAW, Budha, dan tokoh tokoh seperti Plato, Aristoteles, Peztalozzi, dan Rousseau adalah sebagian contoh konselor handal di zamannya. Mereka adalah manusia-manusia pilihan yang dapat membantu banyak manusia lain untuk mengenali dan mengarahkan potensinya serta mencari solusi atas beragam persoalan yang dihadapi. Mereka memiliki karakteristik kepribadian yang mampu memberikan keteladanan dalam sikap dan perilakunya sehingga ucapan dan nasihat-nasihat mereka merupakan sesuatu hal yang benar-benar dapat dipercaya. Orang-orang yang hidup di zaman itu, bahkan berupaya untuk mendapatkan nasihat, bimbingan, dan konsultasi dari para tokoh tersebut sebelum mengambil suatu keputusan.

PERANG DUNIA II

Setelah Perang Dunia Kedua tahun 1945), berkembang cara pendekatan yang manusiawi. Mereka yang sakit dan pendekatan yang lebih manusiawi pada kemanusiaan, tidak diasingkan dan tidak ditempatkan penderita sakit.

Pada saat dan setelah perang dunia II, terdapat perkembangan yang sangat signifikan dalam sejarah konseling. Pada saat itu, banyak orang yang mengalami masalah atau gangguan mental sebagai akibat dari peperangan, dan ternyata banyak dari mereka yang dapat kembali pulih dari sakitnya dengan mendapatkan perawatan rumah sakit dengan pendekatan di ruang bawah tanah, ternyata lebih banyak yang dapat sembuh kembali. Akan tetapi, mereka yang diasingkan dan ditempatkan di ruang bawah tanah, sebagian besar tidak sembuh dan mati.

Salah satu kisah mengenai pengobatan gangguan mental yang sangat berpengaruh pada masa itu adalah sebagaimana yang dialami oleh Clifford Beers yang ditulis dalam bukunya, A Mind that Found Itself (1945). Sebagai mantan pasien mental yang disiksa, ia menyebutkan bahwa yang sesungguhnya paling dibutuhkan oleh seseorang dengan gangguan emosi adalah teman yang penuh kasih sayang (compassionate friend). Buku ini menjadi salah satu pelopor kritik terhadap pendekatan intervensi gangguan mental yang berorientasi medis semata pada saat itu.Beberapa bukti yang lahir setelahnya semakin menguatkan bahwa pendekatan kemanusiaan sebagaimana sebuah proses konseling akan mampu mengembalikan keadaan sakit kepada keadaan yang lebih baik tanpa ada kesengsaraan dan kesakitan.

 

ABAD XIX

Profesi konseling benar-benar lahir setelah Sigmund Freud dan rekannya Joseph Breuer memperkenalkan metode penyembuhan "talking cure" melalui katarsis, kemudian dikembangkan oleh berbagai tokoh. Pada abad ke-19, konseling lebih difokuskan pada dunia pendidikan dengan tokohnya. Parsons. Pada abad ini, perkembangan dunia pendidikan yang semakin tinggi ternyata menimbulkan beragam. persoalan yang kompleks di dunia pendidikan. Para pengelola pendidikan lebih berkonsentrasi pada pengembangan pendidikannya dan bukan pada pengembangan siswa, sehingga proses pendidikan seakan mengabaikan persoalan persoalan yang dialami siswa yang mengikuti proses pendidikan tersebut. Para siswa yang mengikuti proses pendidikan, banyak yang mengalami persoalan akibat sistem pendidikan itu sendiri. Dengan demikian, kebutuhan dunia pendidikan untuk mangembangkan siswa sesuai dengan potensinya ternyata tidak cukup dengan pendekatan system, siswa membutuhkan sentuhan dan penanganan yang lebih personal dalam menyelesaikan persoalan-persoalannya di dunia pendidikan.

Mencermati kebutuhan inilah, kemudian Parsons mulai menjawab kebutuhan dunia pendidikan dengan mengembangkan konseling pendidikan. Bahkan, perkembangan konseling di dunia pendidikan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pada tahun 1910, Parson  melatih secara besar-besaran bagi siapa pun yang memenuhi persyaratan untuk dapat membantu dirinya berkarir di bilang konseling pendidikan. Perkembangan konseling di dunia pendidikan adalah respons terhadap kebutuhan masyarakat pendidikan yang lagi akan peran konselor pendidikan untuk membantu meyelesaikan beragam persoalan siswa di dunia pendidikan. Kebutuhan masyarakat yang makin tinggi akan konselor pendidikan seiring dengan perkembangan dunia pendidikan itu sendiri. Hingga pada tahun 1964 terbentuklah asosiasi konselor pendidikan yang pertama di dunia, American School Counselor Association.

ABAD XX

Abad XX, psikologi konseling semakin berkembang mantap seiring dengan perkembangan ilmu psikologi. Pendekatan konseling yang bersifat direktif, di mana konselor seakan-akan adalah individu yang memiliki kedudukan dan kemampuan lebih dari konselinya dan selanjutnya berupaya memberikan nasihat, bimbingan, dan arahan serta konsultasi mulai mengarah pada pendekatan humanistik yang menekankan bahwa kedudukan dan kemampuan antara konselor dan konseli adalah sama, dan konseli lah yang sebenarnya lebih mengetahui dan memahami potensinya. Pendekatan humanistik yang berkembang dalam proses konseling Therapy (1951). Pada dua buku tersebut, tokoh psikologi lahirnya manusiawi yaitu non directive. semakin sempurna dengan munculnya dua buah buku yaitu Carl Rogers Counseling and Psychotherapy (1942) dan Client Centered mempelopori Carl Rogers mengubah pendekatan directive yang tradisional pendekatan dalam pendekatan konseling menjadi pendekatan yang lebih non direktif dalam proses konseling.

Perkembangan konseling sejalan dengan perkembangan sosial dan perkembangan kebutuhan masyarakat. Arus perubahan sosial sebagai pengaruh dari arus globalisasi dan perkembangan teknologi juga berdampak pada perkembangan konseling itu sendiri. Sejak tahun 1960, perubahan sosial akibat perkembangan industri, perkembangan informasi dan komunikasi, menghasilkan beragam dinamika perubahan pada kehidupan perkawinan dan keluarga, telah memacu perkembangan konseling perkawinan dan konseling keluarga. Meningkatnya angka perceraian, ternyata memberikan dampak luas akan kehidupan keluarga, karir, pendidikan anak, dan beragam permasalahan yang mengikuti. Perubahan sosial yang berdampak pada kehidupan manusia secara luas membutuhkan peran konselor sebagai seorang profesional yang dapat bersikap netral untuk membantu menyelesaikan beragam persoalan yang timbul di seputar perceraian. Demikian juga sejak tahun 1990, konseling telah berkembang luas dalam bidang konseling karir dan konseling multikultural seperti konseling di bidang sumber daya manusia, persiapan pensiun, pencegahan kecanduan alkohol dan obat-obat terlarang serta manajemen stres dan manajemen waktu luang.

SAAT INI

Konseling berkembang seiring dengan berkembangnya perubahan sosial dan perubahan kebutuhan serta gaya hidup manusia. Semakin hari, konseling akan semakin dibutuhkan oleh manusia sebab gaya hidup individualis membuat manusia sibuk dengan aktivitas pribadinya dan mulai mengabaikan orang lain di sekitarnya, apalagi individu yang sedang menghadapi permasalahan. Oleh karena itu, konseling adalah salah satu jawaban akan ketumatus manuais sampa dengan kapen pen juus Sejalan dengan perkembangan globallaan teknologi informasi dan komunikasi, maka hanling dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode dengan menunckae tanning formas das komuni maski konseling tatap main tesap dindai paling efektif untuk membaca orang lain meningkatkan kemampuan adaptasi dan kesejahteraan psikologisnya.

(REFERENSI: Gladding, S.T., 2000. Counseling: a Comprehensive Profession.United States of America: Prentice-Hall, Inc.

Kotller, Jeffrey A. & Robert W. Brown. 1996. Introduction to Therapeutic Counseling, 3rd Edition. Pacific Grove, Brooks/Cole Publishing Company).

 

 

Comments

Popular posts from this blog

laporan

Dawuh Masyaikh

referensi Submit jurnal