Psikologi Indigenous

 PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

Anugrahening Kushartanti dari Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

     Setiap orang pasti ingin mendapat nilai yang baik dalam ujian, dan sudah tentu berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu, seperti dengan menyontek. Banyak orang beranggapan menyontek sebagai masalah yang biasa saja, namun ada juga yang memandang serius masalah ini.Fenomena ini sering terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah atau madrasah sebab mendapatkan nilai tinggi dan lulus ujian, lebih banyak kemampuan kognitif dari afektif dan psikomotor, inilah yang membuat mereka mengambil jalan pintas, tidak jujur dalam ujian atau melakukan praktek menyontek (Irawati, 2008).

      siswa yang melakukan tindakan kebohongan akademik cenderung akan berbohong di tempat kerja. Kenyataanya, fenomena menyontek lebih serius dari pada pandangan umum. Kompleksitas yang terungkap dari temuan-temuan Barat tentang “kejahatan akademis” ini juga relevan situasi di dunia pendidikan Indonesia. perilaku menyontek adalah perilaku yang jamak dijumpai dalam dunia pendidikan. Hampir semua pelajar mengetahui atau pernah melakukannya. Perilaku ini adalah perilaku yang salah tetapi ada kecenderungan semakin ditolerir oleh masyarakat kita. Masyarakat memandang bahwa pelajar yang menyontek adalah sesuatu yang wajar.

Mengapa siswa gemar menyontek? Pertanyaan ini memang klasik. Tapi, para guru danbotoritas pendidikan kita sampai hari ini masih terus garuk-garuk kepala karena belum berhasil menemukan metode tercanggih untuk menghentikan kebiasaan menyontek anak-anak didik. Bahkan, tak sedikit pula yang “pasrah” dan menganggap perilaku menyontek sebagai kelaziman yang tidak berimplikasi serius. Pastinya, jangan pandang enteng apabila anak didik atau siswa maupun mahasiswa– kedapatan mengandalkan hasil menyontek untuk menyelesaikan tugas-tugas guru atau dosen mereka. Apalagi jika aksi menyontek dilakukan berkali-kali sampai-sampai anak didik tidak lagi percaya bahwa dia mampu menuntaskan pekerjaan sekolah dengan mengandalkan dirinya sendiri (Amriel, 2008).

Rendahnya rasa percaya diri bisa menyebabkan depresi, bunuh diri, anoreksia nervosa,

delinkuensi, dan masalah penyesuaian diri lainnya. Ketika tingkat percaya diri yang rendah berhubungan dengan proses belajar seperti prestasi rendah, atau kehidupan keluarga yang sulit, atau dengan kejadian-kejadian yang membuat tertekan, masalah yang muncul dapat menjadi lebih meningkat (Santrock, 2003).

Rasa tidak percaya diri akan menghambat seseorang dalam mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya seperti mendapatkan pasangan hidup atau mencapai prestasi dalam bidang tertentu. Hal ini akan mengakibatkan seseorang mengalami perasaan staknasi atau kemacetan yang mengakibatkan rendahnya kepercayaan diri (Hakim, 2002).

Aspek-aspek perilaku menyontek dapat diperoleh dari aspek perilaku itu sendiri dengan mengambil Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) yang dikemukakan oleh Ajzen (dalam Azwar, 2003), yaitu:

a. Intensi perilaku, yaitu keyakinan-keyakinan bahwa perilaku akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan.

b. Norma subjektif, yaitu keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (yang diharapkan oleh orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuuai dengan harapan normatif.

c. Perilaku kontrol, yaitu pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.

fungsi psikologis merupakan hubungan timbal balik yang interdependen dan berlangsung terus menerus antara faktor individu, tingkah laku, dan lingkungan.

menyontek adalah suatu tindakan memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan suatu yang terbaik walau dirinya tak mampu. Kebiasaan ini sangatlah tidak baik bagi perkembangan siswa, tapi banyak yang masih menjalankannya. Bahkan saat Ujian Nasional pun ada yang berani menyontek, entah dengan catatan kecil atau menyontek teman.


Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan hidupnya atau kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir secara positif, memiliki kemandirian dan kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkannya.

Rasa percaya diri adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri sehingga rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri.(Santrock, 2003).

aspek-aspek kepercayaan diri yang positif, yaitu:

a. Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif individu tentang dirinya bahwa ia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukan.

b. Optimisme, yaitu sikap positif individu yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan, dan kemampuan.

c. Objektif , yaitu sikap individu yang memandang permasalahn ataupun segala sesuatu sesuai dengan kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri benar.

d. Bertanggung jawab, yaitu kesediaan individu untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

e. Rasional dan realistis, yaitu kemampuan menganalisa suatu masalah, sesuatu hal, sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan perilaku menyontek yang ditunjukkan dengan r sebesar -0,425 dengan p=0,000 (p<0,01). Hal ini berarti variabel kepercayaan diri mencakup aspek-aspek yang ada di dalamnya dapat dijadikan sebagai prediktor untuk memprediksi atau mengukur perilaku menyontek. Semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah perilaku menyontek, dan semakin rendah kepercayaan diri maka semakin tinggi perilaku menyontek.

2. Rerata empirik variabel perilaku menyontek sebesar 36,15 dengan rerata hipotetik sebesar 52,5, dengan demikian perilaku menyontek pada subjek penelitian tergolong rendah.

 3.Rerata empirik variabel kepercayaan diri sebesar 105,28 dengan rerata hipotetik sebesar 90, dengan demikian kepercayaan diri pada subjek penelitian tergolong tinggi.

Comments

Popular posts from this blog

laporan

Dawuh Masyaikh

referensi Submit jurnal