Psikologi Indigenous


Kebahagiaan merupakan salah satu konstrak ukur dalam bidang psikologi.Beberapa peneliti psikologi cenderung menyamakan istilah happiness (kebahagiaan dalam bahasa Inggris) dengan subjective well‐being (Uchida, dkk., 2004; Lyubomirsky dkk.,2005; Boven, 2005; Pavot, 2008). Namun ada juga yang berpendapat bahwa SWB merupakan konsep lebih luas dan menyeluruh yang meliputi kebahagiaan itu sendiri. Pada penelitian ini istilah subjective well‐being dipahami memiliki kesamaan makna dengan kebahagiaan.

Seligman (2002), salah seorang pendiri aliran positive psychology, mendefinisikan kebahagiaan sebagai muatan emosi dan aktivitas positif.Veenhoven (1995) mendefinisikan kebahagiaan sebagai derajat sebutan terhadap kualitas hidup yang menyenangkan dari seseorang. Veenhoven menambahkan bahwa kebahagiaan bisa disebut sebagai kepuasan hidup (life satisfaction). Diener (2000) mendefinisikan subjective well‐being (SWB) adalah keseluruhan penilaian kognitif mengenai kualitas kehidupan seseorang.

Telah banyak dikembangkan instrumen‐instrumen pengukuran psikologi yang mengukur konstrak kebahagiaan, seperti Oxford Happiness Inventory, Life Satisfaction Scale, PGC Morale Scale, dan sebagainya. Setiap alat ukur tersebut tentunya memiliki standar reliabilitas, validitas, dan objektivitasnya masing‐masing. Umumnya instrumen pengukuran kebahagiaan yang telah ada dikembangkan berbasis pada pendekatan general psychology.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa teori‐teori psikologi sebenarnya berkaitan dengan batasan budaya (culture‐bound),nilai‐nilai daerah (value‐laden) dan dengan validitas yang terbatas (Enriquez, 1993;Kim & Berry, 1993; Koch & Leary, 1985;Shweder, 1991, dalam Kim et al, 2006). Batasan‐batasan kontekstual inilah yang membuat relevansi suatu teori psikologi tidak selalu kuat apabila diterapkan didaerah atau konsteks budaya lain.

Indigenous psychology menawarkan sebuah pendekatan baru dalam konteks konstruksi instrumen dan pengukuran atribut‐atribut psikologi.Kim dan Berry (1993) mendefinisikan indigenous psychology sebagai kajian ilmiah mengenai perilaku dan mental manusia yang bersifat pribumi,tidak dibawa dari daerah lain, dan didesain untuk masyarakatnya sendiri. Pendekatan ini mendukung pembahasan mengenai pengetahuan, keahlian, dan kepercayaan yang dimiliki seseorang serta mengkajinya dalam bingkai konteksual yang ada. Teori, konsep, dan metodenya dikembangkan secara indigenous disesuaikan dengan fenomena psikologi yang kontekstual.

Budaya memiliki sumbangan tersendiri terhadap pembentukan konsep psikologis individu, seperti halnya konsep kebahagiaan. Budaya memuat simbol bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dan memaknai suatu realitas sosial, sedangkan fisiologi menyumbang panca indra sebagai alat untuk mempersepsi realitas sosial tersebut. Oleh karena itu, dapat dipahami apabila suatu nilai kebahagiaan individu pasti dipengaruhi oleh konteks budaya yang berlaku.

Pada konteks budaya ndividu bertindak karena termotivasi untuk memaksimalkan pengalaman afek positif. Self‐esteem merupakan prediksi terbaik bagi kebahagiaan. Hal ini berkebalikan dengan konteks budaya Asia Timur, dimana kebahagiaan memiliki kecenderungan definisi terkait dengan pencapaian hubungan interpersonal. karena termotivasi untuk mempertahankan keseimbangan antara afek positif dan negatif. Cara terbaik untuk memprediksi kebahagian dikonteks ini adalah dengan melihat kelekatan diri atau individu dalam hubungan sosial.

Instrumen pengukuran berbasis pendekatan indigenous psychology yang akan dikonstruksi pada penelitian ini adalah skala kebahagiaan. Identifikasi properti psikometris meliputi: Estimasi Reliabilitas yang digunakan adalah reliabilitas konsistensi internal dengan teknik alpha‐cronbach; dan Validasi skala menggunakan uji validitas konstrak (konvergen dan diskriminan), yakni memakai teknik matriks multitrait‐multimethod (MTMM). Analisis MTMM barangkali merupakan pengembangan metodologi yang paling penting seputar analisis validitas konvergen dan diskriminan pada pengukuran psikologi (Eid et al, 2008) yang diperkenalkan oleh Campbel dan Fiske pada tahun 1959. Hingga saat ini analisis MTMM telah terbukti menjadi alat yang paling kuat untuk mendeteksi trait, metode, dan komponen error dalam pengukuran (Courvoisier,dkk., 2008). Hingga saat ini belum ada instrumen pengukuran kebahagiaan berbasis pendekatan indigenous psychology di Indonesia.Atas dasar argumentasi di atas, instrumen pengukuran psikologi berbasis pendekatan indigenous psychology perlu dikembangkan. Melalui pendekatan indigenous psychology diharapkan dapat menciptakan instrumen pengukuran psikologi dengan dimensi atau aspek‐aspek yang lebih kontekstual sehingga dapat memotret suatu fenomena sosial berdasar pada bingkai‐bingkai kontekstualnya.


Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Skala kebahagiaan yang dikonstruksi berbasis pada pendekatan indigenous psychology dalam penelitian memiliki derajat reliabilitas konsistensi internal dan validitas konstrak yang dapat diterima secara psikometris.


2. Koefisien reliabilitas konsistensi internal yang tinggi pada skala kebahagiaan yang dikonstruksi (α=0.895), menunjukan bahwa skala tersebut memiliki reliabilitas yang memuaskan, cenderung stabil, dan memiliki tingkat kepercayaan tinggi pada hasil pengukuran‐nya.

3. Koefisien korelasi heterotrait antara skala dengan trait kebahagiaan (Skala Kebahagiaan yang dikonstruksi dan PGC Morale Scale) dengan trait self‐esteem (Self‐Esteem Scale Rosenberg, dan Self‐Esteem Inventory Coopersmith) cenderung memiliki koefisien korelasi yang konstan.

4. Koefisien korelasi yang yang cenderung rendah pada korelasi monotrait‐heteromethod antara Skala Kebahagiaan yang dikonstruksi dengan PGC Morale Scale (r=0.43). Hal ini dikarenakan kedua skala mengukur konstrak kebahagiaan dengan operasionalisasi aspek yangberbeda sehingga terdapat adanya perbedaan kawasan ukur konstrak kebahagiaan pada masing‐masing skala.

5. Kebahagiaan merupakan konstrak psikologis yang memuat unsur kontekstual yang kuat, sehingga pengukuran kebahagiaan pada sampel orang Indonesia diharapkan menggunakan pengukuran yang berbasis pendekatan indigenous psychology.

Comments

Popular posts from this blog

laporan

Dawuh Masyaikh

referensi Submit jurnal